Catatan Harian #4
Tiga bulan berlalu sejak social distancing diberlakukan. Banyak hal berubah dalam seketika. Ramadhan kali ini tenaga medis banyak melewatkannya waktu dengan berperang. Ya, menghadapi situasi saat ini banyak sekali tuntutan yang harus dikerjakan.
"Assalamualaikum Bu, Rita minta maaf Ramadhan tahun ini tidak bisa menemani Ibu, kemungkinan Idul Fitri Rita juga tidak pulang. Sekali lagi Rita minta maaf ya Bu..."
Begitulah kiranya pesan singkat yang kukirimkan pada Ibu. Menjadi seorang dokter bukanlah hal yang mudah - butuh perjuangan selama bertahun tahun untuk meraih gelar itu, belum lagi menjadi seorang dokter spesialis. Aku menyadari sekali hal itu. Nafasku seakan berat untuk mengambil beban ini, namun apa daya aku telah terikat oleh sumpah yang kuambil saat wisuda. Meninggalkan seorang ibu, suami dan kedua buah hati memanglah suatu ujian yang berat - termasuk rekan sejawatku.
Tanpa kenal lelah kami merawat pasien yang terinfeksi - menit bahkan detik pandangan tak pernah lepas dari layar yang selalu menampilkan grafik naik turun. Hari nan fitri tinggal selangkah lagi, wabah pun belum juga reda. Kurangnya kesadaran dari masyarakat membuatku bekerja semakin extra. Tak ada kata menyerah dalam kamusku. Persentase tenaga medis tertular pun melonjak seiring bertambahnya warga yang terinfeksi. Kian melojak jumlah mereka yang gugur dalam tugas.
Allahu akbar.. Allahu akbar.. Allahu akbar..
Laa - ilaaha - illallaahu wallaahu akbar.
Allaahu akbar walillaahil - hamd.
Kumandang takbir menggema diseluruh ruangan, pertanda hari nan fitri telah tiba. Seluruh tenaga medis maupun pasien terharu, menggetarkan kalbu turut melafadzkan keagunganNya.
Salah satu layar menujukkan grafik lurus, segala upaya telah dilakukan agar beliau dapat kembali stabil. Inilah garis yang telah ditetapkan untuknya. Tepat kumandang takbir menggema mata terpejam untuk selamanya, menemui sang pencipta. Dokter Rita Amelia gugur dalam tugas...
Ambarawa, 26 Mei 2020
Mentari
Tidak ada komentar:
Posting Komentar