Rabu, 27 Mei 2020

Hadiah di Hari Kemenangan

Oleh: Umi Basiroh

Allahu akbar. Allahu akbar. Allahu akbar. 
Laailaaha illallaahu wallaahu akbar. 
Allahu akbar walillaahil hamdu. 
Gema takbir, tahlil, dan tahmid berkumandang sejak tadi malam. Suaranya menggema dan bersahut-sahutan hingga terbit fajar.

 Mewarnai datangnya hari yang ditunggu selama sebulan. Hari Raya Idul Fitri yang jatuh pada hari ini, Sabtu 24 Mei 2020. Umat muslim menyambutnya dengan penuh suka cita. 

Kuayunkan langkah kaki menuju masjid yang tak jauh dari rumah untuk menjalankan salat. Diantara sunnahnya, adakah mengambil lintas jalan yang berbeda saat berangkat dan pulang.


 Tahun ini berbeda pelaksanaannya dengan tahun sebelumnya. 
Selain jarak antar jamaah yang relatif senggang. Ada juga pemandangan lain yaitu jamaah memakai masker. Di akhir acara, tak ada acara jabat tangan. 

Di tengah pandemi yang belum berhenti hingga saat ini, khotib menyampaikan pesan agar jamaah taat pada aturan pemerintah. Khotib juga berdoa semoga pandemi segera berlalu dari dunia, agar kembali normal seperti sedia kala. 

Bukankah para Nabi dan Rasul juga menerima cobaan dan ujian yang dahsyat dari Allah? Sungguh beruntung orang yang menghadapi ujian dan cobaan dengan sabar dan ikhtiar maksimal. 

Diantara manfaat puasa bagi orang yang menjalankan dengan iman dan mengharap ridha Allah  adalah diampuni dosa-dosa-dosa yang telah berlalu, hingga kembali suci. 

Beberapa hari hari yang lalu, aku menata ruang tamu yang kelihatan hambar. Ruang yang relatif lebar nampak kosong melompong. Sebenarnya, sudah lama ingin memberi sentuhan indah di dinding yang bercat putih dengan hiasan kaligrafi. 

Lama sudah memimpikan kaligrafi kuningan milik Syeh Puji. Sebuah kerajinan yang misuwur di seantero negeri. Namun, lagi-lagi masalah ekonomi, menjadi penyebab terhalang membeli. Skala prioritas anak lebih ku utamakan, karena pendidikan  jelas lebih utama dibanding lainnya. 

Terhitung sudah 16 tahun, ruangan tamu ini hanya dihiasi sebuah kaligrafi strimin kecil  yang kubuat saat masih kuliah.  Kurang sedap saja jika dipandang, antara hiasan dengan ruangan tak maching. Dan terkesan hampa. 

Saat kami bersilaturrahim ke rumah Pak Haji Harun, kami mendapatkan hadiah indah yang lama kuidamkan. Sebuah kaligrafi kuningan ada si depan mata. 
"Mbak, njenengan kersa ini? Kalau kersa dibawa saja. Kan, ruang tamu njenengan luas." Suara Bu Marfuah masih melintas. 

"Saya ganti berapa, Bu?" tanyaku ingin tahu. 
"Mpun, diagem saja." 
"Saya dah punya yang terbaru. Pingin ganti suasana saja."
"Matur nuwun sanget, Bu." kutelangkupkan kedua tangan kepada beliau. 

Lama sekali, saya ingin memiliki barang seperti ini. Allah menjawabnya di hari Fitri. Rasanya seperti bermimpi. 
Terimakasih Ya Allah, Kau Maha Baik kepada seluruh umat yang yang ada di dunia. 

Tetaplah berbuat baik, karena sesungguhnya jika kita berbuat baik, maka kita berbuat baik untuk diri kita sendiri, dan sebaliknya jika kita berbuat jahat maka, kejahatan itu juga untuk diri kita sendiri.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar