Oleh : Budiyanti
Lebaran tahun ini berbeda sekali dengan tahun lalu karena adanya covid-19. Lebaran tak semeriah dulu. Semua warga harus di rumah saja. Ya, memang kita harus mematuhi anjuran pemerintah dengan tetap menjaga jarak dengan tidak keluar rumah. Hal itu sebagai upaya untuk memutus mata rantai pandemik covid-19. Kalau tidak kita, ya siapa lagi.
Pada hari lebaran pertama, saya tetap di rumah saja. Ada sejuta rasa mendekap dada kala takbir berkumandang di masjid. Ramadan telah berlalu. Bulan penuh rahmat telah pergi. Hati teriiris karena merasa belum bisa berbuat-apa pada bulan suci ini. Sesaat mata basah.
Tak terkecuali hati ini jadi ingat anak cucu yang berada nun jauh di sana. Tak bisa pulang karena Covid-19 yang belum juga berlalu. Tak bisa bertamasya bersama, bersendau gurau bersama. Itulah kenyataan tak bisa terelakkan lagi.
Selepas subuh, saya dan suami mempersiapkan diri salat idul Fitri. Alhamdulillah di masjid Kaliputih tetap mengadakan salat Ied dengan menerapkan protokol yang telah di tetapkan. Salat Ied hanya boleh diikuti warga setempat saja. Takmir juga sudah menginformasikan akan adanya salat pada Babinsa. Tak lupa takmir juga mohon restu kepada Bapak Abu Bakar selalu sesepuh takmir masjid Kaliputih.
Kupat dan opor ayam dan lauk lainnya siap saya tata di rantang hijau. Kami pun berangkat dengan membawa bekal tersebut.
Ketika masuk gang menuju masjid, beberapa meja berjajar. Di atasnya beberapa sarana disediakan, mulai hand sanitizer, masker dan air bersih beserta sabun. Rasanya ikut ayem dengan persiapan yang dilakukan takmir masjid.
Sampai masjid, para jemaah sudah duduk bertakbir, menyeru kebesaran Allah. Para bapak berada di dalam masjid. Ibu-ibu berada di halaman depan. Kami tetap berjarak dengan jamaah lainnya.
Alhamdulillah lancar, kami berdzikir tahil sebentar kemudian dilanjutkan makan ketupat lebaran bersama bagi yang mau dengan tetap menjaga jarak. Hanya beberapa menit saja akhirnya kami pulang ke rumah masing-masing.
Sampai di rumah tetap sepi dan akan selalu sepi karena memang diperlakukan untuk tidak saling bersilaturahmi. Namun, ada obat yang saya rasakan. Kami bisa berlebaran bersama anak-anak dengan Vicall. Alhamdulillah kami bisa saling memaafkan walau dengan cara ini. Disyukuri saja.
Melihat mereka sehat itu lebih dari kebahagian tersendiri walaupun hanya bisa berkomunikasi jarak jauh.
Ambarawa, 26 Mei 2020
Tidak ada komentar:
Posting Komentar