Tampilkan postingan dengan label Puisi. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Puisi. Tampilkan semua postingan

Minggu, 07 Juni 2020

Rawa Pening (Haiku)

Oleh: Juliyah

Terhampar luas
Tepian kota tua
Ikan berlimpah

Sejauh mata
Menatap hamparannya
Hati tersipu

Hidup bergantung
Pada keramahannya
Sendu mendayu

Karena Kaulah Kamuku

Tirta NS


Tolong, jangan kau bilang, ku telah renggut senyummu,
Pada hujan telah ku ulang dan ulang lagi pinta pangapuramu
Pada gelap dan gemintang
Juga matahari yang setia bersama bumi

Pada rindu yang menderu, kutitip pula pesan cintaku

Kekasih jiwaku yang melirih dan bersembunyi di balik sunyi
Kau lihatlah, lentera masih juga menyala
Karena kaulah bahan bakarnya

Karena kaulah, kamuku..


Subuh, 8 Juni 2020

Titipan

Oleh Maria Utami

Jangan main-main
dengan semesta
ia catat segala
ia bungkus semuanya

Jangan main-main
dengan semesta
Hidup itu menabur
dan menuai
waktu adalah penandanya

Menangkap Rindu

Oleh Maria Utami

Rindu itu kamu
Tumpukan slide-slide masa lalu
Meronta ingin kuhela
Mendesak ingin kutangkap
Ia mengangkasa
Semesta mencatatnya

Rindu itu kamu
Raga-raga yang terlepas
Bebas..
Kau terhempas
Jejalkan masa lalumu padaku
Tertindas..

KIDUNG IBUNDA

Tirta NS.
KIDUNG IBUNDA
: Ibunda Tatik S.

Aku merindu ibu
Bersama gubug tua dan teplok dengan asap yang menari di sudut malam
Bersama  berpotong kenangan yang terlipat rapi di sini,
Ya, aku menyimpannya
Dalam balutan sutra di dalam jiwa

Aku merindu ibu
Dengan cerita-cerita yang dialunkannya bernada
Tentang Sangkuriang, Ande-Ande Lumut,
Kisah Malin Kundang; tak lupa pula

BIRU

Oleh: Dini R

Selamat pagi, kabut
Ah, sepagi ini kau telah menyambangiku
Membawa kembali senyum itu
Yang kian tebal oleh pilu

Jika kau juga datang padanya
Tolong sampaikan gelebahku
Pada seluruh binar kisah lalu
Yang kian tebal membiru

6 Juni 2020

DOA

Oleh Noor Hayati

Pagi ini
Rembulan bersinar dengan indahnya
Menyapa kegelapan
dalam keheningan
Saatnya untuk bersimpuh
bertelut dalam doa
Bersyukur atas segala anugerah Nya
Sejauh raga
Sedekat jiwa
Menyatu dalam doa


Kota tua, 6 Juni 2020

Sandera

Oleh: Yekti Sulistyorini

Tetes embun masih setia menyapa pagi. Bening bagai tatap matamu. Kunanti dalam hening. Bilakah kau kembali dekap sukma, libas gelisah? Labuhkan gelebah, mengerak parah. 

Detik terus melampaui hari. Membekas kenangan dalam ingatan, saat jemari kita bertaut. Ingin aku ulang waktu bersamamu. Satukan tawa dan air mata dalam rengkuh dadamu.

Bersediakah kau sekejap hadir dalam mimpiku? Terangi gulita hati dengan senyum manismu. Redakan amuk gulana yang membekap sukmaku. 

Ungaran, 04/05/2020

Kamis, 04 Juni 2020

Matahariku (Ayah)

Roro Sundari

Dan pada redup binar matamu
Selalu kulihat matahari
Meski mendung kerap mengundang hujan tanpa sebab

Dan pada kelopak teduhmu
Tenang wajah memancar sempurna
Ada pualam hati sebening telaga
Padanya tertampung kisah kisah pilu
Dari bulir- bulir cerita  dan resah anakmu
Yang kian deras meluruhkan kenangan masa kecilku

 Pada damai ulas senyummu ayah
Ada  gurat lukisan  lelah
Tersirat dari tetesan peluh tanpa kesah
Sejarah juangmu agar nafasku terus menyeluruh
Gelorakan semangat untuk tetap mengayuh
Menaklukan rintang hidup kian meriuh

Pancasila Jiwa Bangsaku

Oleh Maria Utami

Setiap Senin
Kau ucapkan
sila-sila Pancasila
pada upacara bendera
di sekolah kita

Panca artinya lima
Sila artinya dasar
itulah hakikatnya
Pancasila adalah dasar negara
Dasar adalah pondasi
untuk bangunan rumah kita
bernama Indonesia

Senin, 01 Juni 2020

Sang Garuda


_Fitriana Dyah_

Kuhayati ragamu yang mengangkasa
Kepak-kepak sayap siratkan setia
Warna emas anggun memesona
Perisai raga simbol falsafah negara

Paruh bangkar tajamkan wibawa
Helai-helai surai elegan merupa
Tak ada gentar terungkap nyalang mata
Cengkeram tajam merajut tenggang rasa

Pancasila

Oleh : Tundjungsari

Pikiran visioner
Akhlak terpuji
Negara dijaga
Cinta kepada sesama
Adab  dipiara
Setia pada kebenaran
Istiqomah selalu
Luwes dalam pergaulan
Amanah

Kita dan Bianglala



Oleh Maria Utami

Kita dan bianglala
adalah mozaik semesta
Semangat merona

Kita dan bianglala
sang naga menyala
Kau tertawa

Tak 'Kan Lagi Kutakik Pohon Rindu.

Tirta Ns.


Tak ingin kutakik pohon rindu, karena itu 'kan berbuah nyilu: batangmu tak lagi bergetah seperti dulu; saat semua orang menaruh hormat, dan mengagungkan buah kebesaranmu

Kali ini, biarkan saja kutunggu buah cinta yang tersemai dalam gempita yang entah, yang tak lagi terbaca oleh nalar sehatku..

Korosi jiwa, racun menadi

Aku rindu dulu 
Saat kubaca syair Pancasila itu
Di tanah lapang meruang
Dengan seluruh getar dada menyeru

Tak akan kutakik pohon rindu 
Karena tak ingin ku terperih nyilu 

Wapas, 1 Juni 2020

PANCASILA

Oleh Noor Hayati

Kita umpama jari 
Bekerja berlima diri
Tolong menolong setiap hari
Itulah tanda Tuhan memberi
Sepenggal kalimat yang gaungnya masih melekat di hati
Membara menjadi motivasi 
Untuk selalu berbakti 
kepada ibu pertiwi...

Soekarno
Mengawali semangat dihati
Mendobrak segala batas yang memagari persatuan di negeri ini
Melepas kotak- kotak yang membelenggu persatuan dan keutuhan

Dirgahayu Pancasila

Oleh Fredeswinda Wulandari

Menggelagak
Darah bangsa
Mengajak
Semua tuk turut serta

Membakar
Semangat dan asa
Mengakar
Dalam jiwa muda

Menghirup
Udara bebas merdeka
Memompa
Ide ikrar majukan semesta

Pancasilaku Menyala

Oleh Indah Zein

Sejatinya kau adalah bara
Menyalakan pekat dan membakar semangat

Engkau sajadah terbentang
Berbaris rapi maneka rupa
Menyatukan nada

Lahirmu adalah rancak juang
Biar darah dan peluh pengorbanan
Menyapu lembut padang rumput hijau membentang

Minggu, 31 Mei 2020

75 tahun Panca Sila


 Dikala usiamu temaram senja
Usia yang penuh bijaksana
Untuk cobaan dunia fana
Dunia yang penuh buah simalakama

Tapi dalam realitanya sehari-hari
Banyak insan yang belum menyadari
Belum bisa melihat asa diri
Penyerapan sila supaya mawas diri

Entah kapan lima sila yang penuh eforia
Diterapkan semua warga negara Indonesia
Dalam realita kehidupan yang mulia
Sehingga tidak menjadi sila yang sia-sia

Oleh : Yulianto Salatiga.

Pelangi di Ujung Senja

Oleh Maria Utami

"Pelangi-pelangi
alangkah indahmu
Merah kuning hijau
di langit yang biru"
Ingatkah pada lagu itu?
Saat kau masih lugu
dan bersepatu beludru
Kau sangat hapal
lagu itu bukan?

Senja itu
menjadi saksi bisu
Kau dan aku
Di suatu tempat
yang membuat rindu
di ujung kotaku

Gerimis sambut datangku
Kau hampir mengeluh
Namun,
semesta tampakkan indahnya
Takjub,
Kita saksi mata
atas kehendak Yang Maha Esa

Rindu

Rindu
Oleh: Pricillia

Memandang jauh kedepan
Diantara birunya lautan
Dan luasnya samudera
Debur ombak bersahutan

Memandang jauh.....
Diantara gunung dan bukit
Yang tertutup pekatnya kabut