Tampilkan postingan dengan label Artikel. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Artikel. Tampilkan semua postingan

Minggu, 07 Juni 2020

Selamat Jalan, Kapten

Oleh : Arinda Shafa

Tengah malam itu, aku terjaga. Setelah banyak notifikasi menyerbu ponselku yang lama teronggok di nakas. Ratusan chat bertebaran. Kubuka grup keluarga dengan mata masih menyesuaikan dengan cahaya. Ada berita duka di sana. 

Sebuah helikopter TNI AD jatuh di Kendal. Gambar yang tersaji membuat bulu kuduk merinding. Badan heli hancur, berasap-asap. 9 orang korban. 4 orang dinyatakan meninggal. 5 luka luka. 

Lantas aku mendownload gambar foto keluarga di sana. Aku seperti familiar dengan wajah sang ibu dan anak. Ternyata salah satu korbannya adalah kapten Fredy. Ayah seorang wali murid TK tempat anakku dulu sekolah. Innalilahi wa Inna ilaihi Raji'un. Gerimis hati ini, makin lama makin deras.

Jejak yang Hilang

Oleh : Budiyanti

Sudah hampir tidak bulan aku kehilangan jejaknya. Kucari ke berbagai tempat tidak kutemukan.  Chatingku satu pun tak berbalas. Hanya sesaat on lalu hilang tak berbekas. Entahlah mungkin dia  ingin lepas, tak ingin  bersamaku lagi. 

Berulang kali aku telepon juga tidak ada nada sambung. 
"Huhhh, ke mana saja sih?" gumamku dengan rasa kesal. Akhirnya kudiamkan saja. Namun, pikiran tak juga lepas darinya.


Akhirnya kuketahui alamat rumahnya. Segera  keberanian diri ke rumah lelaki yang bernama Ardi. 

Samsak, Sixpact Make me Sick and Fat

Oleh: Widyastuti
Samsak ini bertengger di dapur sudah delapan tahun. Mengapa kami memasang samsak di dapur? Karena tempat ini strategis, dekat ruang keluarga dan ruang makan.
Bungsuku anaknya sangat aktif, sejak kelas dua SD sudah ikut bela diri. Yang membuatku prihatin dia rajin berlatih bela diri namun malas membaca dan belajar. Satu-satunya cara agar dia sedikit paham dengan pelajarannya, aku membaca dengan keras buku pelajarannya, sementara dia berlatih kecepatan tendangan dengan samsak ini. Berlatih sambil belajar.
Ketika bungsuku kelas tiga SMP hingga SMA, fungsi samsak bukan lagi untuk menendang namun untuk meninju. Setiap bangun tidur dan pulang sekolah akan terdengar suara bag, bug, bag, bug.

Kamis, 04 Juni 2020

Lima Belas Menit

Oleh: Sugiharto

Detak jarum jam dan desiran kipas listrik menemani sunyinya suasana.

Aku terjaga. 

Dingin terasa merata di seluas kulit kedua lenganku. Luput dari balutan kain penghangat waktu istirahatku.

Dingin. 

Kutarik kembali kain itu, namun tertahan. Akupun tak mampu menutup kulit lengan yang kian membeku. 

Aku menyerah.

Kuputuskan untuk bangkit. Kukumpulkan kesadaran. Kuhela nafas panjang sembari mengejangkan otot-otot tubuh. Seiring desah nafas puas yang keluar dari kedua lubang hidungku. 

Manis, Sekian Lelah

Oleh Indah Zein

Tahukah Anda? Kadang kita selalu mengeluh ketika lelah menghadapi bahkan mengerjakan sesuatu. Sama. Itu juga yang aku alami. Namun, ada kalanya lelah itu akan berbuah manis. Pastinya. Namun manis itu banyak maknanya. 

Manis itu seperti perasaan para penggemar jelajah alam. Saat mereka naik puncak gunung kemudian sampai di puncaknya. Nah, berakhir dengan manis. Manis bagi pendengar cerita. Manis yang sangat bagi subjeknya sendiri.

Manis itu seperti saat kau jatuh cinta. Iya, betul. Karena mencintainya butuh proses. Jatuh bangun untuk membuktikan murninya. Lalu mereka bahagia. Nah itulah manis. 

Manis di kalimatku kumaknai sebagai hak yang akan kau dapatkan setelah perjuangan yang melelahkan. Maka manis ada di tengahnya. Seperti selai pada biskuit. Seperti kelapa di dalam klepon. Manisnya ada dan memiliki sensasi rasa.

SUKULEN DAN SRI REJEKI

Oleh: Widyastuti

Tanaman sukulen dan tempatnya ini adalah peninggalan dari ibu saya almahum. Sedangkan tanaman- tanaman  sri rejeki ,  peninggalan dari almahum ibu mertua saya. Kedua tanaman ini dianggap tanaman jadul dan tenggelam ditelan masa karena berbagai penemuan tanaman baru yang indah dan menawan bermunculan.

Salah satu teman fb mengatakan bahwa rumah kita akan kelihatan asri bukan hanya dari tanamannya yang indah namun disertai penataan yang indah, apapun jenis tanamannya. Hal ini membuat saya tetap semangat menanam tanaman ini, apalagi kedua tanaman ini banyak manfaatnya.

Lingkaran Tanpa Ayah

By tundjung

"Konsul, Dok."

Seseorang menelpon saya. Konsul pasien. Agak mbulet.

"Bentar, jadi pasien itu habis melahirkan?"

"Konsulnya ke dokter penyakit dalam saja. Memang sih baru 16 tahun. Tapi kalau sudah menikah atau punya anak, bukan wewenang dokter anak lagi."

"Gitu, ya?"

"Iyalah. Aku ngurusi bayinya saja."

Pasien ini dari awal mbulet. Lebih mbulet dari tahi kambing yang bulet-bulet.

Senin, 01 Juni 2020

Menggapai Bahagia



(1) _Makna Bahagia_

Oleh : Budiyanti Anggit

Setiap manusia di dunia ini ingin bahagia. Siapa sih yang tidak ingin bahagia. Sebenarnya bahagia itu amat sederhana dan mudah dilakukan oleh setiap orang.

Salah satu cara yang mudah digapai agar bisa bahagia adalah _membahagiakan orang lain_  Nah mudah bukan?  Namun, kenyataan yang ada,  masih banyak orang yang belum melakukan.

PANCASILA

oleh: Sugiharto 

Satu, Ketuhanan Yang Maha Esa
Dua, Kemanusiaan yang Adil dan Beradab
Tiga, Persatuan Indonesia 
Empat, Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan / Perwakilan
Lima, Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia  

*

Alhamdulillah, masih ingat. Khawatir lupa meskipun sekedar mengucapkannya. Pasalnya kini aku semakin jarang mengikuti upacara bendera. Beda dengan teman-teman yang berprofesi sebagai guru, bisa dipastikan setiap hari Senin pagi mereka mengucapkannya. Hingga hafal di luar kepala.

Setiap tanggal 1 Juni kita peringati sebagai Hari Kelahiran Pancasila, agar kita tidak lepas dari dasar negara Republik Indonesia di mana kita tinggal di dalamnya. 

Menyatukan Dua Hati

Oleh Indah Zein

Ada nada yang hilang sedari Minggu kemarin. Biasanya tegur sapa hadir meski di grup. Muncul barisan puisi indah yang menggoda dan menggelayut mata. Namun, sedari Minggu kemarin ia tak tampak. Aku diam tanpa menelisik. Ah, mungkin sedang menghabiskan hari bahagia di sana.

Beberapa waktu terlewat. Aku membuka kabar pesan. Lagi-lagi tak kutemui namanya muncul meramaikan suasana. Seperti biasa. Sudah lupakan dia pada kehangatan perjumpaan kami? Ah, tak mau aku menggoda kehidupannya.

Iseng ku kirim pesan pribadi ke nomor wa ratu robusta ini. hampir lima jam baru terbaca dan dibalas. Gemas rasanya ingin kujitak saja. Tapi takut durhaka.

[Kemana bunda?]

[Rebahan kan masih pandemi]

Minggu, 31 Mei 2020

Libur yang Terlalu Panjang


Oleh: Sugiharto

Libur oh libur,
Dulu kamu sering dinantikan mereka
Anak-anak sekolah

Namun kini,
Mereka mulai bosan libur

"Ayah, kapan sih masuk sekolah?"

"Ibu, aku mau sekolah lagi."

*

Kunjungan


Oleh: Noor Hayati

Di hari sabtu sore setelah mandi segera aku mengambil tas kecil dan memasukkan dompet juga hp ke dalamnya.
Sore ini aku berencana mengunjungi salah seorang anak di kelasku, yach beberapa minggu ini aku perhatikan dia selalu terlambat tiba di sekolah.
Tiga hari yang lalu aku menyapanya dan bincang- bincang dengannya kenapa akhir- akhir ini dia sering terlambat.

Kue Kacang dan Tempurung Kura-Kura

Oleh Indah Zein

Tiba-tiba hatiku lesu. Kecewa menjalar dari ujung telinga hingga ulu hati. Mungkin hanya perasaan dari sudut pandangku saja, kalimat datar meluncur dan mengubah suasana mendung.  Maklumlah kedatangan tamu bulanan. Jadi rada sensitif telinga dan perasaan. Biasanya kalimat yang keluar dari mulutnya seperti mutiara dengan figura kaligrafi dari emas 24 karat. Namun kacau benar. Aku kesetanan. Bisikan busuk muncul seperti kolom google. Sekali ketik search, kawanan muncul. Racun-racun beranak pinak. Pipiku basah. Perasaan seakan mau meledak.

Sentuhan Lembut si Hijau


Oleh: Erfani

Sore tadi bermaksud mengambil x banner pesenan adik di percetakan digital printing daerah Tuntang. Jarak percetakan dari rumah sekitar 1 KM di seberang jalan deretan Saloka.

Karena waktu sudah hampir Maghrib, khawatir ketinggalan sholat jamaah. Sepeda motor kukendarai lebih kencang agar cepat sampai tujuan.

Melewati klinik Junaedi arah Pesat, sekitar 500 meter dari rumah, tangan kanan berasa ada yang menyentuh, sentuhannya terasa lembut dan halus.

Berasa ada yang menyentuh, kujatuhkan pandangan ke arah tangan yang sedang menarik pegas.

"Tak ada apa-apa."

"Mungkin halusinasi."

Bukan Corona tapi Koro

Oleh: Erfani

"Masak apa bu?"
"Masak koro," Ucap Ibu sambil mengacungkan jari telunjuknya ke arah kebun belakang.
"Oh koro yang saya tanam waktu itu?"
"Iya, bisa dimasak campur kacang panjang sama tempe bosok."
"Hari ini tidak ada tukang sayur keliling yang lewat, makanya Ibu petik koro dibelakang rumah, jika besok tukang sayur tidak lewat lagi, gantian masak lompong, lompong juga enak."
Ibu bergegas menuju pawon yang masih ada nyala api. Ditambahkannya kayu bakar agar api kembali membesar.

Ruang Kosong; Ramadan Tanpa Tawa

Oleh: Dini Rahmawati

Malam kedua puluh lima Ramadan. Semua barang di rumah ini masih tetap pada tempatnya seperti setahun lalu. Hanya tembok putih yang memudar membedakan dari tahun sebelumnya. 

Sendirian saja Suti duduk di depan televisi empatbelas inci yang tak nyala. Di tangannya tergantung tasbih tergoyang perlahan sesuai alunan jemarinya. Mata terpejam namun tak tidur. Bibir bergerak pelan menyebut kebesaran Sang Maha Segala. 

Rumah besar ini terbiasa hening. Pada jam-jam tertentu saja dihiasi pembicaraan dua perempuan renta. Suti sang pemilik rumah dan Tut yang menumpang di satu kamar rumah lawas itu.

Jumat, 29 Mei 2020

Amplop Putih

"Ada amplop putih," Bu Dian bergumam sambil membolak- balik amplop putih yang tergeletak di atas meja kecil dekat ruang tamu. 
Segera ia buka dengan rasa penasaran.

"Bapak...!" teriak Bu Dian saat mengetahui sejumlah uang  ada dalam amplop tersebut. Matanya nanar melihat uang berwarna merah memenuhi amplop panjang itu. 

"Ada apa to Bu, kok teriak-teriak, " Pak Yo menuju ke tempat Bu Dian berada.
"Ini lho...ini uang siapa, punya Bapak ya, kok uang sebanyak itu tergeletak begitu saja. Kalau ada orang luar masuk rumah gimana?"

Menyambut Hari Buku Nasional

Oleh Widyastuti

Saya setuju dengan ide salah satu anggota Penarawa, Ibu Musyarofah bahwa kita mengadakan hari istimewa ini dengan memberi kesemaptan pada anggota Penarawa untuk promo buku.

Salah satu manfaat badai covid-19 yang melanda bangsa kita, bagi saya adalah  saya tidak konsuntif misalnya pergi ke salon, jalan-jalan ke mall atau ber- week end bersama keluarga di tempat wisata maupun makan bersama di restoran.

Anggaran itu saya gunakan untuk membuat ruang perpustakaan yang nyaman di rumah saya. Alhamdulillah bersamaan dengan hari buku nasional ini, perpustakaan saya telah selesai meskipun belum sempurna. Saya berkeinginan untuk memberi asesoris yang instragramable agar banyak tetangga yang tertarik dan mengunjungi perpustakaan saya. Meskipun tidak ber-ac, perpustakaan saya cukup sejuk karena penuh ventilasi. Sebelah kanan bisa untuk berdiskusi dan bisa melihat tanaman kaktus saya. Dan sebelah kiri perpustakaan saya sediakan mushola sederhana.

Kesimpulannya adalah....

Catatan Tirta


Belajar untuk menulis panjang, dan dipresentasikan dulu di hadapan ribuan orang, ternyata tak mudah. Itu catatan yang selama tiga hari ini saya rasakan.

Dan ini catatan lainnya..

Jangan protes masalah elipsis, karena ini kesalahan tulis yang paling sering saya lakukan, dan betapa harus berjuang mati-matian untuk perlahan mengurangi dan menghilanglan 

Sama seperti halnya saya berusaha keras menghilangkan ketaksempurnaan dalam innerchild yang membuat saya  terkadang childish di usia jelita, jelang lima puluh.

Yeah, itu kekurangan saya, tetapi sekaligus menjadi kelebihan jiga. Ya, dalam hal apapun, salah satu yang harus kita temukan dan kita olah, adalah keunikan diri yang kita miliki.  Karena  inilah yang akan  membuat kita berbeda...

Kesimpulannya adalah....

Catatan Tirta

Tak ada seorangpun yang sempurna. Ya, tak ada. Begitupun dengan kita. Sekeras apapun kita berusaha, selalu saja ada yang 'terlepas' dan membuat lubang-lubang kecil dalam setiap proses yang sedang kita lalui 

Seperti saya yang sudah menjejaki dunia kepenulisan lebih dadi duapuluh tahun lalu. 
Toh tak membuat saya menjadi hebat. 

Saya masih juga tersandung dengan elipsis. Tak hanya satu orang yang mengkritisi tentang hal ini. Dan saya menyadari ini memang  kesalahan tulis yang paling sering saya lakukan. Betapa saya harus berjuang mati-matian untuk perlahan mengurangi dan menghilangkan kekonyolan ini. 
Sudah rampungkah saya dengan masalah ini?