Oleh: Arinda Shafa
Tasya tak menyangka bahwa si kutu loncat yang aktif, ceria dan mobilitas tinggi , ternyata menderita myasthenia gravis. Penyakit langka yang menyerang organ pernapasan itu menggerogoti dari hari ke hari. Hingga parahnya, menimbulkan kantong mata yang seperti melorot turun. Sakit itu merenggut semangat dan keceriaan Tasya.
Beruntung ia dikelilingi orang orang yang menyayanginya tanpa syarat. Ia memiliki ayah yang hebat nan romantis, ibu yang jago masak, dan adik perempuan yang manis. Sahabatnya Darto juga selalu mendukungnya. Dan Arjuna Delano atau kak Ajun, pelatih badmintonnya yang hangat dan perhatian, selalu ada untuknya. Bahkan ternyata berani melamar Tasnya dengan mengatakan kepada papa mamanya langsung.
Karena semakin parah sakitnya, Tasnya harus rehat dulu dari perkuliahan. Ia memilih menjadi relawan. Tugasnya mengajar anak anak di yayasan kanker yang digagas oleh kak Ajun. Di sanalah ia menemukan Nayara, ibunya, dan kakaknya dan anak anak pengidap kanker yang kisah mereka membuat Tasya bersyukur sebab hidupnya jauh lebih beruntung.
Di tengah perjuangannya untuk bisa sembuh, Darto sahabatnya, berpulang. Jiwa Tasya terguncang hingga ia drop. Ia juga menjalani operasi. Hati yang bahagia mempercepat kesembuhan. Hatinya berbunga bunga sebab sebentar lagi akan menikah dengan kak Ajun. Sayang, setelah bertunangan dan mendekati hari H , kak Ajun membatalkan pertunangan. Alasannya ia tak bisa menolak dijodohkan ayahnya dengan gadis pilihannya.
Meski patah hati, Tasya harus merelakan pujaan hatinya pergi. Pergi untuk perempuan lain yang ternyata Rahmi, orang yang pernah dikenal Tasya dulu.
Tasya berdamai dengan hidupnya, penyakitnya, dan takdir. Ia bahagia menjadi Tasya yang sekarang, sebab jalan hidup masih panjang untuk ditapaki.
Novel yang manis dan romantis. Menggunakan sudut pandang masing masing tokoh hingga novel ini terasa hidup. Meski endingnya bikin patah hati, tapi so far, jalinan plotnya asyik dibaca.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar