"Ada amplop putih," Bu Dian bergumam sambil membolak- balik amplop putih yang tergeletak di atas meja kecil dekat ruang tamu.
Segera ia buka dengan rasa penasaran.
"Bapak...!" teriak Bu Dian saat mengetahui sejumlah uang ada dalam amplop tersebut. Matanya nanar melihat uang berwarna merah memenuhi amplop panjang itu.
"Ada apa to Bu, kok teriak-teriak, " Pak Yo menuju ke tempat Bu Dian berada.
"Ini lho...ini uang siapa, punya Bapak ya, kok uang sebanyak itu tergeletak begitu saja. Kalau ada orang luar masuk rumah gimana?"
"Haa...uang sebanyak itu tergeletak begitu saja, jangan- jangan ....," ucap suami Bu Dian heran sambil membuka amplop putih.
"Lho bukan punya Bapak?" tanya Bu Dian heran.
Pak Yo menggelengkan kepala. Mereka saling tatap. Berusaha mencari tahu siapa pemilik uang tersebut.
"Sudahlah pakai saja uang itu untuk belanja, bisa untuk beli kebutuhan jelang lebaran, " usul Pak Yo sambil keluarkan sepeda motor.
"Jangan-jangan ada yang memasang uang tersebut untuk hal-hal yang gak bener, " Bu Dian mendekati Pak Yo yang akan keluar.
Bu Dian dan suaminya berdebat kenceng tentang uang yang tak bertuan tersebut. Pak Yo menyuruh memakai saja. Ya. Itu rezeki dari Allah. Namun, bagi Bu Dian, uang tersebut bukan haknya sehingga tak bisa digunakan.
Bu Dian bingung dengan uang itu. Di tengah kebingungan ia ingat anaknya yang sedang keluar rumah.
"Jangan-jangan ini punya anaknya," gumam Ibu yang wajahnya selalu ceria ini. Segera diambilnya HP. Berusaha menelpon anaknya.
Tuttt ...tuttt
Bu Dian berusaha menghubungi anaknya. Namun, tak ada nada sambung. Rasa gelisah meraja. Tak jua sirna. Ia pun meletakkan amplop putih di tempat yang agak aman lalu ke dapur untuk memasak.
*
"Duh...mana ya amplopku. Wah...bisa kena marah nih kalau sampai tidak ketemu," gerutu Yoga di lapaknya. Lapak yang telah dirintisnya bersama temannya. Tiap hari lumayan ramai.
Semua barang disingkapnya untuk mencari amplop amanah yang harus disampaikan. Pekerja yang membantu pun ikut bingung. Apalagi amplop berisi uang.
"Maaf Mas, aku gak tahu lho, berani sumpah deh kalau aku ambil. Lha tadi diletakkan di mana?" si pekerja wanita lapak merasa tak enak karena dia satu-satunya pekerja yang membantu jaga lapak kaus.
Akhirnya tak ketemu juga uang tersebut. Yoga lunglai. Pusing tujuh keliling. Segera ia pulang. Rumah sepi. Diobrak-abriklah semua barang yang berada di kamarnya. Namun, tak ketemu juga ampop tersebut.
Jelang berbuka puasa, Bu Dian masih kepikiran dengan uang tersebut. Sambil menata beberapa makanan dan minuman anak ragilnya nongol dari kamar.
"Ibuk.... ngapunten nggeh. Kemarin aku dititipi amanah untuk ibuk tapi hilang. Insyaallah nanti akan saya ganti," Anak Ragil Bu Dian mendekati Bu Dian yang sedang membuat minuman teh.
"Uang hilang!" Bu Dian berjalan cepat mengambil ampop putih. Ditunjukkanlah kepada anak ragilnya.
" Ya Allah, Alhamdulillah. Terima kasih ya Allah," Yoga lonjak- lonjak saking senengnya.
"ini sebenarnya uang Ibuk, " ucap Yoga sambil tersenyum. Diletakkan uang tersebut di tangan Bu Dian. Bu Dian makin dibuat bingung.
"Ini uang dari kami, anak-anak ibuk. Semoga bermanfaat. Bisa untuk belanja. Kemarin Mas Arif mentransfer uang untuk ibuk, "
Bu Dian terperangah dengan ucapan anak ragilnya. Matanya seketika basah. Tak menduga ada rezeki lewat anaknya. Berulang kali mengucapkan syukur.
Segera diambilnya HP lalu menelpon kedua anaknya yang lebaran kali ini tidak bisa pulang. Bahagia dan haru menyertainya.
"Ya Allah, terima kasih. Kau jadikan anak-anak soleh di keluargaku, " Bu Dian memeluk anaknya erat. Rasa bangga dan bahagia menyelimuti hatinya.
Ambarawa, 17 Mei 2020
Tidak ada komentar:
Posting Komentar