Oleh Musyarofah
Hiruk pikuk Penerimaan Peserta Didik Baru ( PPDB) SMP Negeri sudah berlalu.
Adakah yang mengikuti dinamikanya?
Adikku tahun ini juga lulus SD. Namun sejak bulan Januari, sudah diterima di pondok pesantren. Sehingga tidak ikut berkompetisi masuk SMP Negeri.
Pagi ini ketemu Bude Yati lagi. Seperti biasa, ngobrol sana- sini.
Berbelanja adalah kesempatan update informasi, yang sedang hits di kampung ini.
" Di rumah saya, lagi banyak tamu, Mbak."
"Biasanya juga begitu, kan, Bude?"
"Tapi, ini tujuannya beda.'
"Maksud, Bude?"
" Mereka minta surat rekomendasi. Agar anaknya bisa diterima di SMP Negeri."
Aku baru ingat, tahun- tahun kemarin juga begitu. Anggota legislatif dari partai Garuda itu banyak didatangi tamu.
" Bisa begitu, to, Bude?"
" Mungkin bisa. Wong katanya yang nyuruh malah orang dalam, kok.'
Aku manggut- manggut saja.
" Pakdemu maksudnya hanya membantu, loh. La wong tetangga sendiri yang minta."
Kamipun berpisah di mulut gang Jerapah.
***
Ting tung...Ting tung
Empat puluh menit menjelang buka puasa, bel berbunyi.
" Monggo Mbak Dilla, pinarak."
Kupersilakan teman kerja lbu itu duduk.
" Ibu ada, Dek?"
" Maaf Mbak, baru ke luar."
Karena menunggu cukup lama, akhirnya Mbak Dilla menyampaikan.maksud kedatangannya.
"Anak saya daftar di SMP Negeri100. Eh, tadi pagi, namanya hilang dari jurnal." Wajahnya tampak sedih.
"Terus?" Aku kepo.
" Aku datang ke rumah ketua komite nya. Kebetulan kenal baik."
Selanjutnya Mbak Dilla menyampaikan, dimnta menyiapkan dana 5 jutaan.
Gubraak...
" Untuk beli kursi katanya."
Waduuh....
**
" Maaf Dek, saya tidak jadi pinjam uang."
Pagi- pagi kuterima pesan dari Mbak Dilla.
"Kemarin ketua komite dilobi sama guru anakku. Alhamdulillah, bayarnya bisa berkurang setengah."
Wow...permainan apalagi ini.
Saya hanya geleng- geleng kepala.
Benarkah, ini fakta?
Bergas, 17 Mei 2020
Tidak ada komentar:
Posting Komentar