Tampilkan postingan dengan label Indah Zein. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Indah Zein. Tampilkan semua postingan

Kamis, 04 Juni 2020

Manis, Sekian Lelah

Oleh Indah Zein

Tahukah Anda? Kadang kita selalu mengeluh ketika lelah menghadapi bahkan mengerjakan sesuatu. Sama. Itu juga yang aku alami. Namun, ada kalanya lelah itu akan berbuah manis. Pastinya. Namun manis itu banyak maknanya. 

Manis itu seperti perasaan para penggemar jelajah alam. Saat mereka naik puncak gunung kemudian sampai di puncaknya. Nah, berakhir dengan manis. Manis bagi pendengar cerita. Manis yang sangat bagi subjeknya sendiri.

Manis itu seperti saat kau jatuh cinta. Iya, betul. Karena mencintainya butuh proses. Jatuh bangun untuk membuktikan murninya. Lalu mereka bahagia. Nah itulah manis. 

Manis di kalimatku kumaknai sebagai hak yang akan kau dapatkan setelah perjuangan yang melelahkan. Maka manis ada di tengahnya. Seperti selai pada biskuit. Seperti kelapa di dalam klepon. Manisnya ada dan memiliki sensasi rasa.

Chiffon Tart Cake

Oleh Indah Zein

(Menjawab tantangan)

Kemarin memang ada yang spesial. Dan tak kulewatkan sekilas mata saja. Meskipun aku terlambat menyadarinya, gerakan cepat ibu rumah tangga harus tangkas. Masa harus irit, akali saja pakai tehnik yang ada.

Detik spesial ini terjadi dan  aku baru menyadarinya saat mas Zuckerberg menginfokan diam-diam. Aih, mas ini sudah punya istri kok masih perhatian saja. Geli. Sebuah pesan penanda waktu dua tahun lalu. 

Senin, 01 Juni 2020

Menyatukan Dua Hati

Oleh Indah Zein

Ada nada yang hilang sedari Minggu kemarin. Biasanya tegur sapa hadir meski di grup. Muncul barisan puisi indah yang menggoda dan menggelayut mata. Namun, sedari Minggu kemarin ia tak tampak. Aku diam tanpa menelisik. Ah, mungkin sedang menghabiskan hari bahagia di sana.

Beberapa waktu terlewat. Aku membuka kabar pesan. Lagi-lagi tak kutemui namanya muncul meramaikan suasana. Seperti biasa. Sudah lupakan dia pada kehangatan perjumpaan kami? Ah, tak mau aku menggoda kehidupannya.

Iseng ku kirim pesan pribadi ke nomor wa ratu robusta ini. hampir lima jam baru terbaca dan dibalas. Gemas rasanya ingin kujitak saja. Tapi takut durhaka.

[Kemana bunda?]

[Rebahan kan masih pandemi]

Pancasilaku Menyala

Oleh Indah Zein

Sejatinya kau adalah bara
Menyalakan pekat dan membakar semangat

Engkau sajadah terbentang
Berbaris rapi maneka rupa
Menyatukan nada

Lahirmu adalah rancak juang
Biar darah dan peluh pengorbanan
Menyapu lembut padang rumput hijau membentang

Minggu, 31 Mei 2020

Kue Kacang dan Tempurung Kura-Kura

Oleh Indah Zein

Tiba-tiba hatiku lesu. Kecewa menjalar dari ujung telinga hingga ulu hati. Mungkin hanya perasaan dari sudut pandangku saja, kalimat datar meluncur dan mengubah suasana mendung.  Maklumlah kedatangan tamu bulanan. Jadi rada sensitif telinga dan perasaan. Biasanya kalimat yang keluar dari mulutnya seperti mutiara dengan figura kaligrafi dari emas 24 karat. Namun kacau benar. Aku kesetanan. Bisikan busuk muncul seperti kolom google. Sekali ketik search, kawanan muncul. Racun-racun beranak pinak. Pipiku basah. Perasaan seakan mau meledak.

Jumat, 29 Mei 2020

Layer Cinta Bolen Pisang

Lhep...

Aku melirik tingkah si sulung sambil senyum.

"Mi, aku sudah habis tiga, tauk?" Ucapnya lantang. Bangga dia. 

Entah apa yang dia banggakan. Mungkin keberhasilannya makan bolen pisang ala steak daging sapi. Iris, tusuk, dan makan. 

Hari ini kami membuat bolen pisang. Penuh cinta. Jelaslah. Diawali dengan niat. Lanjut dengan usaha dan pengorbanan. Poles dengan kesabaran. Dipijat dengan kasih sayang. Dipenuhi coklat dan keju pemanis lidah. Dilipat dengan hati dan diletakkan sepenuh jiwa. Dimasak dengan seratus persen perhatian.

Kamis, 28 Mei 2020

Rayuan Raja Kura-kura

Oleh Indah Zein

Pagi ini aku menatap bulatan-bulatan glowing keemasan keluar dari oven. Gemas benar gigiku ingin menggigitnya selagi hangat. Tak peduli adzan subuh telah berkumandang tanda waktu menahan makan minum telah dimulai.

 Namun apa daya, ujian ini berat. Godaan rona kejunya, serupa kerlingan gadis keluar dari salon kecantikan. Malu-malu tapi penuh jebakan.

Ya, sudahlah. Jiwaku meronta. Kulahap satu gigit, dua, Lep... Habis, alamak. Its ok. Salah siapa menggoda kucing garong. Wkwkw...

Eits, suami tercinta melirik.  Dia sedang menata si cantik ini rapi  dalam kemasan. Jangan-jangan dia pengen juga.