Tampilkan postingan dengan label Erfani Abu Hanafi. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Erfani Abu Hanafi. Tampilkan semua postingan

Minggu, 31 Mei 2020

Sentuhan Lembut si Hijau


Oleh: Erfani

Sore tadi bermaksud mengambil x banner pesenan adik di percetakan digital printing daerah Tuntang. Jarak percetakan dari rumah sekitar 1 KM di seberang jalan deretan Saloka.

Karena waktu sudah hampir Maghrib, khawatir ketinggalan sholat jamaah. Sepeda motor kukendarai lebih kencang agar cepat sampai tujuan.

Melewati klinik Junaedi arah Pesat, sekitar 500 meter dari rumah, tangan kanan berasa ada yang menyentuh, sentuhannya terasa lembut dan halus.

Berasa ada yang menyentuh, kujatuhkan pandangan ke arah tangan yang sedang menarik pegas.

"Tak ada apa-apa."

"Mungkin halusinasi."

Bukan Corona tapi Koro

Oleh: Erfani

"Masak apa bu?"
"Masak koro," Ucap Ibu sambil mengacungkan jari telunjuknya ke arah kebun belakang.
"Oh koro yang saya tanam waktu itu?"
"Iya, bisa dimasak campur kacang panjang sama tempe bosok."
"Hari ini tidak ada tukang sayur keliling yang lewat, makanya Ibu petik koro dibelakang rumah, jika besok tukang sayur tidak lewat lagi, gantian masak lompong, lompong juga enak."
Ibu bergegas menuju pawon yang masih ada nyala api. Ditambahkannya kayu bakar agar api kembali membesar.

Cara Mengatasi Jambu Berulat

Sudah menjadi aktifitas rutin setiap pagi mengamati tanaman di belakang rumah. Ada banyak jenis tanaman diantaranya jambu biji. Tingginya sekitar 2 meter, masih terjangkau oleh tangan. Daunnya rimbun dan buahnya cukup lebat.
Sejak pertama kali berbuah hingga saat ini sudah beberapa kali aku memetiknya.
Tapi setiap kali memetik selalu saja ada ulat didalamnya sehingga belum bisa menikmati. Hal ini membuatku penasaran. Bagiku, ini tantangan yang harus dipecahkan agar jambu biji tidak lagi dimakan ulat.

Okelah, saatnya menggunakan jurus maut yaitu bertanya pada mbah google. Pada kolom kata pencairan kuketik cara mengatasi jambu berulat. Rupanya banyak artikel yang sudah membahasnya, dari beberapa situs yang kubaca rata-rata solusinya sama yaitu dengan cara membrongsong buahnya.
Membrongsong yang dimaksud yaitu membungkus buah jambu biji dengan plastik transparan. Kenapa harus transparan? Agar bisa melihat perkembangan buahnya, sebab jika plastiknya gelap kita tidak tahu apakah buahnya masih kecil atau sudah besar.

Kamis, 28 Mei 2020

Lagi-lagi ramai sembako

"Assalamualaikum."

Terdengar suara laki-laki bernada nyaring beberapa kali berbarengan dengan ketukan pintu yang juga terdengar keras. Tubuhku yang baru saja rebahan di kamar karena seharian ini mengurusi pembagian BLT Dana Desa terbangun seketika. Segera ku menuju ruang tamu, sesaat setelah kubuka pintu, berdiri seorang sosok tua yang usianya sudah melewati kepala tujuh. Ia adalah tetanggaku, tidak seperti biasanya ia datang ke rumah. Raut wajahnya terlihat kaku. Seperti ada yang disembunyikan.

"Dialog Sembako di Negeri Dongeng"

Di sebuah negeri dongeng yang sedang dilanda musibah. Hiduplah seorang nenek sebatang kara. Hidup pas-pasan. Hasil kerja sehari hanya cukup untuk makan sehari. 

Suatu ketika datang seorang utusan Pemerintah kepada nenek itu.

Pejabat : "Selamat sore, nek. Ini ada bantuan dari Pemerintah untuk Nenek, mohon diterima."

Nenek : "Bantuan apa bu?"

Pejabat : "Bantuan sembako, nek."

Nenek : "Tapi saya tidak membutuhkannya, bu. Saya masih bisa bekerja."

Pejabat : " Iya, tapi nenek sudah tua dan hidup sebatang kara." 

Selasa, 26 Mei 2020

Agar Anak Rajin Berbenah


"Wafiyah pinter ya mi, pinter bersih-bersih. Bawa 5 piring ke belakang berarti 5 pahala. Dikali 10 jadi 50 pahala."

Regudhuk...

Wafiyah yang baru saja rebahan karena kekenyangan segera bangkit mengangkat tubuhnya. Diambilnya 2 piring bekas mie ayam ke belakang tempat cucian piring. 

Tak ingin ketinggalan. Hanafi yang mendengar iming-imingku mengambil 3 piring sisanya ke tempat cucian piring. Dicucinya dengan sabun dan diletakkannya piring-piring itu di rak piring.

"Kalau dicuci pahalanya berapa, bi?"

Jumat, 15 Mei 2020

5 Hal Unik Pernikahanku

Malam ini mengingatkanku pada peristiwa 11 tahun lalu. Peristiwa bersejarah yang hanya terjadi satu kali dalam kehidupan yaitu menikah.

Tentang pernikahan, apa yang kualami memang diluar kebiasaan. Beda dengan orang pada umumnya. Aku menyebutnya dengan pernikahan yang unik. Apa saja keunikannya?

1. Menikah tidak mengenal calonnya

Proses pernikahanku mungkin terjadi begitu cepat. 10 hari sejak diperkenalkan aku langsung menjalani akad nikah dengan orang yang sebelumnya tidak ku kenal, saat hendak Ijab Qobul bahkan aku belum mengetahui sebenarnya calon istriku yang mana orangnya. Hal ini dikarenakan saat proses taaruf aku tidak mau melihat calon istriku.