Selasa, 26 Mei 2020

Mbah Yah


Oleh Maria Utami

Mbah Yah,
Urut mengurut
adalah profesimu
Simbah adalah
pemijat di kampungku
Sehabis melahirkan
biasanya ibu dan bayi
 ke tempat Mbah Yah
untuk "didadah"
Termasuk aku

Mbah Yah,
Usiamu sudah delapan puluh
bahkan lebih
Aku kaget
Karena simbah masih bisa lakukan pijatan-pijatan
untuk raga-raga baru
yang hadir beberapa bulan
di dunia ini


Mbah Yah,
Selalu berjarik dan berkebaya
Salah satu wujud
lestarikan budaya
agar tetap terjaga
Jawamu masih melekat, Mbah..
Bahkan saat bertuturpun
"Monggo pinarak, Mas Guru"
Meski aku perempuan
Sapaan itu
adalah peninggalan masa lalu
Entah, apakah itu sapaan penghormatan atau bagaimana
Aku tak tahu

Mbah Yah,
dalam pendengaran yang sudah agak berkurang
Kau masih bisa berjalan untuk penuhi panggilan konsumen
Terkadang juga masih kulihat dijemput ke tempat tujuan

Mbah Yah,
Tentu kau saksi perjuangan
Zaman demi zaman
Juga saat pandemi tahun ini
Semoga sehat selalu ya, Mbah
Warisanmu berharga

Ambarawa, 25 Mei 2020

Tidak ada komentar:

Posting Komentar