Oleh: Tundjungsari Utami
Pertanyaan ini dilontarkan Bu Umi. Pasti akibat habis baca novel saya. (Jangan) Jadikan Aku yang Kedua.
Pertanyaan ini dilontarkan Bu Umi. Pasti akibat habis baca novel saya. (Jangan) Jadikan Aku yang Kedua.
Pastinya banyak teori bagaimana menulis sebuah novel. Yang saya tulis ini, lebih didasarkan berdasar pengalaman.
1. Niat yang kuat
Tanpa kemauan kuat, novel biasanya setengah jadi. Kenapa? Karena kisah novel biasanya ditulis dalam hitungan bulan. Bahkan mungkin tahun.
Kemauan kuat biasanya hadir ketika ada emosi yang muncul bersama karya tersebut. Emosi pada novel JJAK itu, karena saya punya teman yang berperan sebagai Arina. Dan keputusan dia bersedia dimadu bahkan sangat baik pada istri muda sering dicemooh orang. Akhirnya lahir novel saya, meski jalan cerita jauh berbeda dengan apa yang ada di buku.
2. Buatlah outline.
Oh, jalan cerita saya mau ini itu. Akhirnya begini. Outline bukan harga mati. Cerita JJAK juga melenceng dari outline. Karena di tengah menulis, banyak ide baru muncul.
3. Bayangkan tokoh yang akan kita tulis sedetail mungkin. Mulai fisik, sifat, bahkan mungkin cara bicara. Tampilkan itu di novel secara konsisten, perlahan.
4. Jangan mengedit di tengah jalan. Pokoknya tulis apa yang kita pikirkan. Apa yang ingin ditulis. Nggak nyambung? Itu urusan belakan. Yang penting, tuliss ...
5. Boleh membuat catatan kecil tentang tokoh kita. Misal: adik Rudi bernama Nita dan Bagus. Mengapa perlu? Kadang lupa, kemarin hari ini Nita dan Bagus. Besok jadi Ita dan Agus.
6. Berlatih terus. Sebelum JJAK, mungkin sudah ada 3 novel yang saya tulis tapi tidak terbit . Tidak ada penerbit yang menerima. Mau indie, menurut saya ternyata memang kurang mutu. Hahaha.
Artinya, orang menulis seperti masak. Apa iya, langsung yummy pada masakan pertama?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar