Di sebuah negeri dongeng yang sedang dilanda musibah. Hiduplah seorang nenek sebatang kara. Hidup pas-pasan. Hasil kerja sehari hanya cukup untuk makan sehari.
Suatu ketika datang seorang utusan Pemerintah kepada nenek itu.
Pejabat : "Selamat sore, nek. Ini ada bantuan dari Pemerintah untuk Nenek, mohon diterima."
Nenek : "Bantuan apa bu?"
Pejabat : "Bantuan sembako, nek."
Nenek : "Tapi saya tidak membutuhkannya, bu. Saya masih bisa bekerja."
Pejabat : " Iya, tapi nenek sudah tua dan hidup sebatang kara."
Nenek : " Iya, benar saya sudah tua tapi saya masih bisa ke ladang untuk kebutuhan makan sehari-hari."
Pejabat : "Mohon maaf, nek. Saya hanya menjalankan perintah atasan untuk menyalurkannya ke nenek, jadi anda jangan menolak."
Nenek : "Diberikan kepada yang lebih membutuhkan saja bu."
Pejabat : "Berdasarkan data di tempat kami, nenek adalah warga yang paling membutuhkan di sini."
Nenek : "Tidak bisa bu, saya masih sehat dan kuat."
Pejabat : "Tidak bisa, nek. Nenek harus menerima sembako ini."
Nenek : "Ibu kok memaksa. Ibu bisa saya laporkan lho."
Pejabat : "Justru nenek yang bisa saya laporkan karena tidak mau menerima sembako."
Nenek : "Jika seperti itu. Begini saja bu, bantuan itu untuk keluarga Ibu saja. Bagaimana?"
Pejabat : "Nenek mau menyuap saya?"
Nenek bisa saya laporkan lho karena ada 2 pasal yang dilanggar
1. Miskin tapi tidak mengakui
2. Mencoba menyuap saya dengan bantuan sembako yang seharusnya nenek terima
Nenek : "Baiklah. Jika memang seperti itu. Bagaimanapun sudah menjadi peraturan Pemerintah. Maka saya terima sembako ini. Mohon pesankan kepada atasan Ibu, jika ada warga yang lebih membutuhkan dari saya, bisa mengambil sembako ini.
Akhirnya, dengan terpaksa nenek tua itu menerimanya setelah berulang kali menyampaikan alasan untuk menolak sembako.
21 Mei 2020
Erfani
Tidak ada komentar:
Posting Komentar