Oleh : Budiyanti
Keadaanlah yang memaksa diri tetap di rumah saja pada hari kedua lebaran ini. Tidak seperti tahun lalu. Rumah ramai dengan anak cucu. Bercengkrama bersama merajut kasih sayang. Aneka jajanan dan masakan tersedia. Masak habis masak lagi. Capek tapi senang. Kemudian berkunjung ke sanak saudara sekitar dan juga keluar kota. Mobil penuh dengan aneka bawaan yang memenuhi bagasi.
Kebahagiaan tersendiri saat bisa pergi bersama keluarga. Bisa bertemu bude, pakde, keponakan. Bisa berbagi rejeki anak-anak kecil. Bahagia rasanya melihat anak kecil menghitung angpau.
Belum lagi yang tua. Jika malam hari, kami mengumpulkan barang bawaan dari masing-masing keluarga. Woh... seru, barang menggunung dengan aneka jajanan atau makanan khas daerah sendiri. Ada rambak, kerupuk gendar yang renyah dari Klaten. Terasi, kerupuk Rembang dan sirup buah kiwi.
Ada makanan khas Yogyakarta. Dari Ambarawa, kami selalu bawa peyek tumpi ( peyek dari kacang hijau) dan sirup jahe. Wohh...ini selalu dinanti. Sirup jahe khas Sumowono selalu di hati saudara-saudara kami.
"Pembagian harta karun... pembagian harta karun ayoo difoto," teriak ibu- ibu sambil mengelompokkan aneka jajanan. Kami pun berselfi ria sambil memegang jajanan.
"Jangan jeruk makan jeruk lho!" ucap Mbak Sri kakak kami. Maksudnya yang bawa barang A tidak diberi barang A lagi.
"Yang dobel aku ganti ini saja,," seru Mbak Sus.
"Aku juga mau ini!" seru yang lain.
Sementara anak-anak yang balita berfoto ria dengan aneka gaya. Seragam berupa kaus merah telah menjadikan ruangan menjadi merah merona. Gaya anak-anak menjadikan suasana riuh penuh bahagia.
Ah... betapa bahagianya saat itu. Apalagi saat kami bisa makan bersama di sebuah pemancingan dan kolam renang daerah Klaten. Seru sekali saat itu. Ah...ke mana-mana nih pikiran.
Oke saya teruskan...
Nasi liwet di emper toko daerah Solo menjadi incaran kami usai lelah di pemancingan. Nasi liwet bikin ketagihan. Kemudian dilanjutkan bertamasya bersama di objek di Solo. Canda tawa mengiringi kebersamaan kami setahun lalu. Kenangan indah masih terukir manis.
Kini?
Rumah sepi. Aneka jajanan dimakan sendiri tanpa ada anak cucu yang pulang. Ya hanya dengan si ragil dengan kesibukan sendiri.
Ya tetap harus bersyukur. Semua itu kehendak Allah. Manusia hanya menjalani dengan tetap selalu berbuat baik kepada sesama. Mumpung masih ada umur untuk bisa melakukan hal-hal kebajikan. Mari terus berpikir positif pada siapa pun. Mengeluh tak ada gunanya.
Ambarawa, 27 Mei 2020
Tidak ada komentar:
Posting Komentar