Oleh Maria Utami
Cerita pertama adalah silaturahmi ke rumah Bu Karti.
"'Jam empat ya, kita silaturahmi ke Bu Karti"
"Oke"
Whatsapp dari grup "jelong-jelong.'
Bu Karti adalah salah satu sesepuh di desa kami.Beliau di rumah berdua dengan Bapak.Umurnya mungkin 70an. Salah satu putranya pernah menjadi muridku di SMP.Anaknya rajin dan kreatif.Sekarang sudah menikah.Oh, saya jadi orangtua.Banyak murid yang sudah menikah.Itu artinya saya sudah punya cucu.
Meski sudah senja usia namun Bu Karti masih mau aktif dalam kegiatan PKK. Hampir tiap bulan hadir.Kadang heran juga, yang "sepuh" saja mau aktif tapi yang muda malah "ogah-ogahan"
Ada tujuh ibu yang bisa ikut ke tempat Bu Karti.Bu Karti punya empat anak dan semua anaknya nggak bisa pulang.
"Biasanya sesudah shalat Id kita makan bersama terus semua nonton TV di situ"
"Lha kok tiba-tiba mereka tertidur"
"Oh, itu karena kenyang trus ngantuk, Bu"
"Saya sudah masak macam-macam lha kok semua tidak bisa pulang"
"Sedih dan kecewa"
Bu Karti tak kuasa menahan tangisnya.Duh, kita yang di situ ikut menangis semua.Ya, semua merasakan hal yang sama.
"Bu, ini keadaan dunia bukan hanya negara kita"
"Sampai kapan ya, Bu ini berakhir?"
"Tidak ada yang tahu, Bu"
"Ibu sangat senang dikunjungi, Ibu terhibur"
"'Sama-sama, Bu"
Ah, aku jadi membayangkan saat tuaku nanti.Hanya berdua saja.Ah, tidak usah dibayangkan...Jalani saja. Bu Karti sudah sediakan ketupat dengan segala ubarampenya. Yah, begitulah lebaran tahun ini. Lebaran bersama pandemi Covid 19.
Kampung kami di portal . Memang sudah kesepakatan bersama.Jadi saya keliling ke rumah para sesepuh. Meski saya bukan orang muslim tetapi silaturahmi adalah menjaga tradisi kekeluargaan dan toleransi.Setelah kami bermaafan, kami pamit pulang. Tak lupa kami berfoto bersama sebagai kenangan lebarab saat pandemi Covid 19.Semoga pandemi Covid 19 segera berlalu.
Ambarawa, 24 Mei 2020
Tidak ada komentar:
Posting Komentar