Minggu, 07 Juni 2020

Selamat Jalan, Kapten

Oleh : Arinda Shafa

Tengah malam itu, aku terjaga. Setelah banyak notifikasi menyerbu ponselku yang lama teronggok di nakas. Ratusan chat bertebaran. Kubuka grup keluarga dengan mata masih menyesuaikan dengan cahaya. Ada berita duka di sana. 

Sebuah helikopter TNI AD jatuh di Kendal. Gambar yang tersaji membuat bulu kuduk merinding. Badan heli hancur, berasap-asap. 9 orang korban. 4 orang dinyatakan meninggal. 5 luka luka. 

Lantas aku mendownload gambar foto keluarga di sana. Aku seperti familiar dengan wajah sang ibu dan anak. Ternyata salah satu korbannya adalah kapten Fredy. Ayah seorang wali murid TK tempat anakku dulu sekolah. Innalilahi wa Inna ilaihi Raji'un. Gerimis hati ini, makin lama makin deras.

Rawa Pening (Haiku)

Oleh: Juliyah

Terhampar luas
Tepian kota tua
Ikan berlimpah

Sejauh mata
Menatap hamparannya
Hati tersipu

Hidup bergantung
Pada keramahannya
Sendu mendayu

Karena Kaulah Kamuku

Tirta NS


Tolong, jangan kau bilang, ku telah renggut senyummu,
Pada hujan telah ku ulang dan ulang lagi pinta pangapuramu
Pada gelap dan gemintang
Juga matahari yang setia bersama bumi

Pada rindu yang menderu, kutitip pula pesan cintaku

Kekasih jiwaku yang melirih dan bersembunyi di balik sunyi
Kau lihatlah, lentera masih juga menyala
Karena kaulah bahan bakarnya

Karena kaulah, kamuku..


Subuh, 8 Juni 2020

Titipan

Oleh Maria Utami

Jangan main-main
dengan semesta
ia catat segala
ia bungkus semuanya

Jangan main-main
dengan semesta
Hidup itu menabur
dan menuai
waktu adalah penandanya

Jejak yang Hilang

Oleh : Budiyanti

Sudah hampir tidak bulan aku kehilangan jejaknya. Kucari ke berbagai tempat tidak kutemukan.  Chatingku satu pun tak berbalas. Hanya sesaat on lalu hilang tak berbekas. Entahlah mungkin dia  ingin lepas, tak ingin  bersamaku lagi. 

Berulang kali aku telepon juga tidak ada nada sambung. 
"Huhhh, ke mana saja sih?" gumamku dengan rasa kesal. Akhirnya kudiamkan saja. Namun, pikiran tak juga lepas darinya.


Akhirnya kuketahui alamat rumahnya. Segera  keberanian diri ke rumah lelaki yang bernama Ardi. 

Menangkap Rindu

Oleh Maria Utami

Rindu itu kamu
Tumpukan slide-slide masa lalu
Meronta ingin kuhela
Mendesak ingin kutangkap
Ia mengangkasa
Semesta mencatatnya

Rindu itu kamu
Raga-raga yang terlepas
Bebas..
Kau terhempas
Jejalkan masa lalumu padaku
Tertindas..

Samsak, Sixpact Make me Sick and Fat

Oleh: Widyastuti
Samsak ini bertengger di dapur sudah delapan tahun. Mengapa kami memasang samsak di dapur? Karena tempat ini strategis, dekat ruang keluarga dan ruang makan.
Bungsuku anaknya sangat aktif, sejak kelas dua SD sudah ikut bela diri. Yang membuatku prihatin dia rajin berlatih bela diri namun malas membaca dan belajar. Satu-satunya cara agar dia sedikit paham dengan pelajarannya, aku membaca dengan keras buku pelajarannya, sementara dia berlatih kecepatan tendangan dengan samsak ini. Berlatih sambil belajar.
Ketika bungsuku kelas tiga SMP hingga SMA, fungsi samsak bukan lagi untuk menendang namun untuk meninju. Setiap bangun tidur dan pulang sekolah akan terdengar suara bag, bug, bag, bug.

KIDUNG IBUNDA

Tirta NS.
KIDUNG IBUNDA
: Ibunda Tatik S.

Aku merindu ibu
Bersama gubug tua dan teplok dengan asap yang menari di sudut malam
Bersama  berpotong kenangan yang terlipat rapi di sini,
Ya, aku menyimpannya
Dalam balutan sutra di dalam jiwa

Aku merindu ibu
Dengan cerita-cerita yang dialunkannya bernada
Tentang Sangkuriang, Ande-Ande Lumut,
Kisah Malin Kundang; tak lupa pula

BIRU

Oleh: Dini R

Selamat pagi, kabut
Ah, sepagi ini kau telah menyambangiku
Membawa kembali senyum itu
Yang kian tebal oleh pilu

Jika kau juga datang padanya
Tolong sampaikan gelebahku
Pada seluruh binar kisah lalu
Yang kian tebal membiru

6 Juni 2020

RUMAH TANPA KACA

Tirta Ns.

18+
Malam selalu berjalan lambat dan murung. Bahkan saat rembulan di tengah padang bercahaya dengan gemintang yang menemaninya begadang. Marina tetap saja sunyi. Dia benci malam. Ketakutan menjelang pagi, dan berharap  siang segera beranjak pergi. Dia selalu berharap hari memendek saja. Atau bahkan tak menemuinya lagi. Rumah mungilnya yang indah kini tak lagi secantik dulu. Bunga-bunga menolak mekar. Bahkan anggrek-anggrek berharga mahal,  yang dulu selalu  memamerkan bunganya satu persatu, kini melayu. 

DOA

Oleh Noor Hayati

Pagi ini
Rembulan bersinar dengan indahnya
Menyapa kegelapan
dalam keheningan
Saatnya untuk bersimpuh
bertelut dalam doa
Bersyukur atas segala anugerah Nya
Sejauh raga
Sedekat jiwa
Menyatu dalam doa


Kota tua, 6 Juni 2020

Sandera

Oleh: Yekti Sulistyorini

Tetes embun masih setia menyapa pagi. Bening bagai tatap matamu. Kunanti dalam hening. Bilakah kau kembali dekap sukma, libas gelisah? Labuhkan gelebah, mengerak parah. 

Detik terus melampaui hari. Membekas kenangan dalam ingatan, saat jemari kita bertaut. Ingin aku ulang waktu bersamamu. Satukan tawa dan air mata dalam rengkuh dadamu.

Bersediakah kau sekejap hadir dalam mimpiku? Terangi gulita hati dengan senyum manismu. Redakan amuk gulana yang membekap sukmaku. 

Ungaran, 04/05/2020

Kamis, 04 Juni 2020

Lima Belas Menit

Oleh: Sugiharto

Detak jarum jam dan desiran kipas listrik menemani sunyinya suasana.

Aku terjaga. 

Dingin terasa merata di seluas kulit kedua lenganku. Luput dari balutan kain penghangat waktu istirahatku.

Dingin. 

Kutarik kembali kain itu, namun tertahan. Akupun tak mampu menutup kulit lengan yang kian membeku. 

Aku menyerah.

Kuputuskan untuk bangkit. Kukumpulkan kesadaran. Kuhela nafas panjang sembari mengejangkan otot-otot tubuh. Seiring desah nafas puas yang keluar dari kedua lubang hidungku. 

Manis, Sekian Lelah

Oleh Indah Zein

Tahukah Anda? Kadang kita selalu mengeluh ketika lelah menghadapi bahkan mengerjakan sesuatu. Sama. Itu juga yang aku alami. Namun, ada kalanya lelah itu akan berbuah manis. Pastinya. Namun manis itu banyak maknanya. 

Manis itu seperti perasaan para penggemar jelajah alam. Saat mereka naik puncak gunung kemudian sampai di puncaknya. Nah, berakhir dengan manis. Manis bagi pendengar cerita. Manis yang sangat bagi subjeknya sendiri.

Manis itu seperti saat kau jatuh cinta. Iya, betul. Karena mencintainya butuh proses. Jatuh bangun untuk membuktikan murninya. Lalu mereka bahagia. Nah itulah manis. 

Manis di kalimatku kumaknai sebagai hak yang akan kau dapatkan setelah perjuangan yang melelahkan. Maka manis ada di tengahnya. Seperti selai pada biskuit. Seperti kelapa di dalam klepon. Manisnya ada dan memiliki sensasi rasa.

SUKULEN DAN SRI REJEKI

Oleh: Widyastuti

Tanaman sukulen dan tempatnya ini adalah peninggalan dari ibu saya almahum. Sedangkan tanaman- tanaman  sri rejeki ,  peninggalan dari almahum ibu mertua saya. Kedua tanaman ini dianggap tanaman jadul dan tenggelam ditelan masa karena berbagai penemuan tanaman baru yang indah dan menawan bermunculan.

Salah satu teman fb mengatakan bahwa rumah kita akan kelihatan asri bukan hanya dari tanamannya yang indah namun disertai penataan yang indah, apapun jenis tanamannya. Hal ini membuat saya tetap semangat menanam tanaman ini, apalagi kedua tanaman ini banyak manfaatnya.

Lingkaran Tanpa Ayah

By tundjung

"Konsul, Dok."

Seseorang menelpon saya. Konsul pasien. Agak mbulet.

"Bentar, jadi pasien itu habis melahirkan?"

"Konsulnya ke dokter penyakit dalam saja. Memang sih baru 16 tahun. Tapi kalau sudah menikah atau punya anak, bukan wewenang dokter anak lagi."

"Gitu, ya?"

"Iyalah. Aku ngurusi bayinya saja."

Pasien ini dari awal mbulet. Lebih mbulet dari tahi kambing yang bulet-bulet.

Matahariku (Ayah)

Roro Sundari

Dan pada redup binar matamu
Selalu kulihat matahari
Meski mendung kerap mengundang hujan tanpa sebab

Dan pada kelopak teduhmu
Tenang wajah memancar sempurna
Ada pualam hati sebening telaga
Padanya tertampung kisah kisah pilu
Dari bulir- bulir cerita  dan resah anakmu
Yang kian deras meluruhkan kenangan masa kecilku

 Pada damai ulas senyummu ayah
Ada  gurat lukisan  lelah
Tersirat dari tetesan peluh tanpa kesah
Sejarah juangmu agar nafasku terus menyeluruh
Gelorakan semangat untuk tetap mengayuh
Menaklukan rintang hidup kian meriuh

Chiffon Tart Cake

Oleh Indah Zein

(Menjawab tantangan)

Kemarin memang ada yang spesial. Dan tak kulewatkan sekilas mata saja. Meskipun aku terlambat menyadarinya, gerakan cepat ibu rumah tangga harus tangkas. Masa harus irit, akali saja pakai tehnik yang ada.

Detik spesial ini terjadi dan  aku baru menyadarinya saat mas Zuckerberg menginfokan diam-diam. Aih, mas ini sudah punya istri kok masih perhatian saja. Geli. Sebuah pesan penanda waktu dua tahun lalu. 

Pancasila Jiwa Bangsaku

Oleh Maria Utami

Setiap Senin
Kau ucapkan
sila-sila Pancasila
pada upacara bendera
di sekolah kita

Panca artinya lima
Sila artinya dasar
itulah hakikatnya
Pancasila adalah dasar negara
Dasar adalah pondasi
untuk bangunan rumah kita
bernama Indonesia

Senin, 01 Juni 2020

Menggapai Bahagia



(1) _Makna Bahagia_

Oleh : Budiyanti Anggit

Setiap manusia di dunia ini ingin bahagia. Siapa sih yang tidak ingin bahagia. Sebenarnya bahagia itu amat sederhana dan mudah dilakukan oleh setiap orang.

Salah satu cara yang mudah digapai agar bisa bahagia adalah _membahagiakan orang lain_  Nah mudah bukan?  Namun, kenyataan yang ada,  masih banyak orang yang belum melakukan.

Sang Garuda


_Fitriana Dyah_

Kuhayati ragamu yang mengangkasa
Kepak-kepak sayap siratkan setia
Warna emas anggun memesona
Perisai raga simbol falsafah negara

Paruh bangkar tajamkan wibawa
Helai-helai surai elegan merupa
Tak ada gentar terungkap nyalang mata
Cengkeram tajam merajut tenggang rasa

Kamar 2204 (Part 6)

Sinopsis.
Bagai sebuah petualangan yang menegangkan bagi Miranti. Dia yang mendapat job menjadi narasumber workshop di sebuah hotel berkonsep heritage ini harus mendapatkan sederet teror yang tak menyenangkan. Dari mulai kamar mandi yang tiba-tiba tak bisa dibuka, telpon tengah malam, hingga kedatangan perempuan misterius yang mendadak meminta ijin menumpang tidur. Siapa sebenarnya perempuan itu? Lalu, siapa pula Hannah van Eiken?

Kamar 2204
(Part 6)

Sinten sejatosipun Non Hannah menika, Mbah? Wonten gandheng ceneng menapa kaliyan kulo?”

Mendengar pertanyaanku, Mbah Uti kemudian mengajakku duduk di amben besar yang menghuni salah satu sudut ruang tamunya yang luas. Mata sepuhnya yang berhiaskan gurat-gurat nan pekat menatapku serius. Sementara dua tangannya tampak cekatan mengisi selembar daun sirih dengan bumbu gambir, sendulit kapur sirih dan sepotong jambe. Lalu ramuan itu ditumbuknya dalam duplak, sebuah alat khusus semacam lesung kecil untuk penumbuk kinang.

Kamar 2204 (Part 3)

Sinopsis.
Bagai sebuah petualangan yang menegangkan bagi Miranti. Dia yang mendapat job menjadi narasumber workshop di sebuah hotel berkonsep heritage ini harus mendapatkan sederet teror yang tak menyenangkan. Dari mulai kamar mandi yang tiba-tiba tak bisa dibuka, telpon tengah malam, hingga kedatangan perempuan misterius yang mendadak meminta ijin menumpang tidur. Siapa sebenarnya perempuan itu? Lalu, siapa pula Hannah van Eiken?

Kamar 2204
Part 3


“Halo, Bu Miranti, apa kabar?”

Sapaan seseorang mengejutkanku. Astaga, kami telah berada di depan resto rupanya.

“Halo..” sambutku tak kalah hangat, pada seseorang, yang jujur saja aku lupa, atau bahkan aku memang tak mengenalnya sebenarnya. Yang pasti dia salah satu peserta di workshop ini. Tangannya terulur menjabat tanganku. Cipika cipiki sejenak...saat mataku menangkap sekelebat bayangan perempuan itu...

Perempuan itu?

Siapa dia?

KAMAR 2204 (Part 2)

Sebetulnya, sungguh aku tak ingin membagi cerita ini padamu. Aku tak ingin menghadirkan teror baru, sementara hari-hari ini saja makhluk super mungil berukuran 125 nanometer bernama Covid 19, telah sukses menggoncangkan rasa nyaman di hati para penduduk seantero dunia dan meluluhlantakkan nyali pula. Rumah makan, restoran sepi pelanggan karena efek lockdown dan PSBB. Bahkan salah satu gerai makanan cepat saji nan fenomenal pun sampai ditutup.

Di kampungku, pakai masker bahkan tak boleh lalai, meski hanya sekedar beli roti di warung Nyai. Apalagi mau berangkat ke ortodonti, prei...Libur dulu, tak dilayani.

Virus ini memang sukses menghadirkan teror yang luar biasa. Paranoid. Kecurigaan yang kadang berlebihan dan bahkan berdampak ke psikosomatis. Lha iya, mosok dalam situasi seperti ini, masih harus kulanjut juga ceritaku yang berbumbu misteri?

Tapi, baikkah, karena itu permintaanmu...

KAMAR 2204 (Part 1)

Kamar 2204. Aku menerima kunci kamar berbentuk kartu itu dari pegawai hotel nan cantik di meja resepsionist. Seorang room boy menyambutku dan sigap membawakan koporku. “Mari, Bu, saya antar,” ujarnya.

Aku baru saja usai menaruh koperku di dalam kamar, saat tetiba hasrat itu datang tak tertahankan. Pengin pipis. Bergegas aku menuju ke toilet. Tak kukunci. Pintu hanya kututup saja. Toh aku sendiri, apa masalahnya?

Tak sampai lima menit kurasa, hajatku pun tertuntas sudah. Segera kuputar benda bulat yang ada di pintu kamar mandi. Tapi..

Klek, klek. klek..

Pintu bergeming.

Ku coba lagi.

Klik..klek..

Pancasila

Oleh : Tundjungsari

Pikiran visioner
Akhlak terpuji
Negara dijaga
Cinta kepada sesama
Adab  dipiara
Setia pada kebenaran
Istiqomah selalu
Luwes dalam pergaulan
Amanah

PANCASILA

oleh: Sugiharto 

Satu, Ketuhanan Yang Maha Esa
Dua, Kemanusiaan yang Adil dan Beradab
Tiga, Persatuan Indonesia 
Empat, Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan / Perwakilan
Lima, Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia  

*

Alhamdulillah, masih ingat. Khawatir lupa meskipun sekedar mengucapkannya. Pasalnya kini aku semakin jarang mengikuti upacara bendera. Beda dengan teman-teman yang berprofesi sebagai guru, bisa dipastikan setiap hari Senin pagi mereka mengucapkannya. Hingga hafal di luar kepala.

Setiap tanggal 1 Juni kita peringati sebagai Hari Kelahiran Pancasila, agar kita tidak lepas dari dasar negara Republik Indonesia di mana kita tinggal di dalamnya. 

Kita dan Bianglala



Oleh Maria Utami

Kita dan bianglala
adalah mozaik semesta
Semangat merona

Kita dan bianglala
sang naga menyala
Kau tertawa

Tak 'Kan Lagi Kutakik Pohon Rindu.

Tirta Ns.


Tak ingin kutakik pohon rindu, karena itu 'kan berbuah nyilu: batangmu tak lagi bergetah seperti dulu; saat semua orang menaruh hormat, dan mengagungkan buah kebesaranmu

Kali ini, biarkan saja kutunggu buah cinta yang tersemai dalam gempita yang entah, yang tak lagi terbaca oleh nalar sehatku..

Korosi jiwa, racun menadi

Aku rindu dulu 
Saat kubaca syair Pancasila itu
Di tanah lapang meruang
Dengan seluruh getar dada menyeru

Tak akan kutakik pohon rindu 
Karena tak ingin ku terperih nyilu 

Wapas, 1 Juni 2020

PANCASILA

Oleh Noor Hayati

Kita umpama jari 
Bekerja berlima diri
Tolong menolong setiap hari
Itulah tanda Tuhan memberi
Sepenggal kalimat yang gaungnya masih melekat di hati
Membara menjadi motivasi 
Untuk selalu berbakti 
kepada ibu pertiwi...

Soekarno
Mengawali semangat dihati
Mendobrak segala batas yang memagari persatuan di negeri ini
Melepas kotak- kotak yang membelenggu persatuan dan keutuhan

Dirgahayu Pancasila

Oleh Fredeswinda Wulandari

Menggelagak
Darah bangsa
Mengajak
Semua tuk turut serta

Membakar
Semangat dan asa
Mengakar
Dalam jiwa muda

Menghirup
Udara bebas merdeka
Memompa
Ide ikrar majukan semesta

Kamar 2204 (Part 7)

Sinopsis.
Bagai sebuah petualangan yang menegangkan bagi Miranti. Dia yang mendapat job menjadi narasumber workshop di sebuah hotel berkonsep heritage ini harus mendapatkan sederet teror yang tak menyenangkan. Dari mulai kamar mandi yang tiba-tiba tak bisa dibuka, telpon tengah malam, hingga kedatangan perempuan misterius yang mendadak meminta ijin menumpang tidur. Siapa sebenarnya perempuan itu? Lalu, siapa pula Hannah van Eiken?

Kamar 2204
(Part 7)

“Mbak Diandra, nanti malam, Pak Maksum, dan kawan-kawan biar rapat di kamarku.
Ah, maafkan, aku tak minta pendapat kalian dulu. Yang pasti malam ini, aku tak sendirian dulu. Oh, ya, kebetulan ada Pak Maksum. Beliau akademisi yang nyambi kyai, atau kyai yang berprofesi sebagai akademisi? Tak pentinglah itu. Mungkin nanti aku akan berbicara tentang apa yang terjadi....

Menyatukan Dua Hati

Oleh Indah Zein

Ada nada yang hilang sedari Minggu kemarin. Biasanya tegur sapa hadir meski di grup. Muncul barisan puisi indah yang menggoda dan menggelayut mata. Namun, sedari Minggu kemarin ia tak tampak. Aku diam tanpa menelisik. Ah, mungkin sedang menghabiskan hari bahagia di sana.

Beberapa waktu terlewat. Aku membuka kabar pesan. Lagi-lagi tak kutemui namanya muncul meramaikan suasana. Seperti biasa. Sudah lupakan dia pada kehangatan perjumpaan kami? Ah, tak mau aku menggoda kehidupannya.

Iseng ku kirim pesan pribadi ke nomor wa ratu robusta ini. hampir lima jam baru terbaca dan dibalas. Gemas rasanya ingin kujitak saja. Tapi takut durhaka.

[Kemana bunda?]

[Rebahan kan masih pandemi]

Pancasilaku Menyala

Oleh Indah Zein

Sejatinya kau adalah bara
Menyalakan pekat dan membakar semangat

Engkau sajadah terbentang
Berbaris rapi maneka rupa
Menyatukan nada

Lahirmu adalah rancak juang
Biar darah dan peluh pengorbanan
Menyapu lembut padang rumput hijau membentang

Minggu, 31 Mei 2020

75 tahun Panca Sila


 Dikala usiamu temaram senja
Usia yang penuh bijaksana
Untuk cobaan dunia fana
Dunia yang penuh buah simalakama

Tapi dalam realitanya sehari-hari
Banyak insan yang belum menyadari
Belum bisa melihat asa diri
Penyerapan sila supaya mawas diri

Entah kapan lima sila yang penuh eforia
Diterapkan semua warga negara Indonesia
Dalam realita kehidupan yang mulia
Sehingga tidak menjadi sila yang sia-sia

Oleh : Yulianto Salatiga.

Pelangi di Ujung Senja

Oleh Maria Utami

"Pelangi-pelangi
alangkah indahmu
Merah kuning hijau
di langit yang biru"
Ingatkah pada lagu itu?
Saat kau masih lugu
dan bersepatu beludru
Kau sangat hapal
lagu itu bukan?

Senja itu
menjadi saksi bisu
Kau dan aku
Di suatu tempat
yang membuat rindu
di ujung kotaku

Gerimis sambut datangku
Kau hampir mengeluh
Namun,
semesta tampakkan indahnya
Takjub,
Kita saksi mata
atas kehendak Yang Maha Esa

*Tentang myasthenia gravis, kehangatan keluarga dan melepaskan cinta*

Oleh: Arinda Shafa

Tasya tak menyangka bahwa si kutu loncat yang  aktif, ceria dan mobilitas tinggi , ternyata menderita myasthenia gravis. Penyakit langka yang menyerang organ pernapasan itu menggerogoti dari hari ke hari. Hingga parahnya, menimbulkan kantong mata yang seperti melorot turun. Sakit itu merenggut semangat dan keceriaan Tasya.

Beruntung ia dikelilingi orang orang yang menyayanginya tanpa syarat. Ia memiliki ayah yang hebat nan romantis, ibu yang jago masak, dan adik perempuan yang manis. Sahabatnya Darto juga selalu mendukungnya. Dan Arjuna Delano atau kak Ajun, pelatih badmintonnya yang hangat dan perhatian, selalu ada untuknya. Bahkan ternyata berani melamar Tasnya dengan mengatakan kepada papa mamanya langsung.

Karena semakin parah sakitnya, Tasnya harus rehat dulu dari perkuliahan. Ia memilih menjadi relawan. Tugasnya mengajar anak anak di yayasan kanker yang digagas oleh kak Ajun. Di sanalah ia menemukan Nayara, ibunya, dan kakaknya dan anak anak pengidap kanker yang kisah mereka membuat Tasya bersyukur sebab hidupnya jauh lebih beruntung.

Libur yang Terlalu Panjang


Oleh: Sugiharto

Libur oh libur,
Dulu kamu sering dinantikan mereka
Anak-anak sekolah

Namun kini,
Mereka mulai bosan libur

"Ayah, kapan sih masuk sekolah?"

"Ibu, aku mau sekolah lagi."

*

The Power of Dialogue


By tundjung

Mari kita bicara. Lalu biarkan dunia menilai siapa kita.

Saya penulis yang lebih suka mengungkapkan sesuatu lewat dialog. Pelit narasi. Mengapa? Via dialog, saya membiarkan pembaca ambil simpulan sendiri.

Langsung contoh saja, yuk.

Tiga hari yang lalu saya menyapanya dan berbincang mengapa ia sering terlambat (ide dialog dari narasi bu @⁨Noor Hayati⁩ )

Kunjungan


Oleh: Noor Hayati

Di hari sabtu sore setelah mandi segera aku mengambil tas kecil dan memasukkan dompet juga hp ke dalamnya.
Sore ini aku berencana mengunjungi salah seorang anak di kelasku, yach beberapa minggu ini aku perhatikan dia selalu terlambat tiba di sekolah.
Tiga hari yang lalu aku menyapanya dan bincang- bincang dengannya kenapa akhir- akhir ini dia sering terlambat.

Rindu

Rindu
Oleh: Pricillia

Memandang jauh kedepan
Diantara birunya lautan
Dan luasnya samudera
Debur ombak bersahutan

Memandang jauh.....
Diantara gunung dan bukit
Yang tertutup pekatnya kabut

Kue Kacang dan Tempurung Kura-Kura

Oleh Indah Zein

Tiba-tiba hatiku lesu. Kecewa menjalar dari ujung telinga hingga ulu hati. Mungkin hanya perasaan dari sudut pandangku saja, kalimat datar meluncur dan mengubah suasana mendung.  Maklumlah kedatangan tamu bulanan. Jadi rada sensitif telinga dan perasaan. Biasanya kalimat yang keluar dari mulutnya seperti mutiara dengan figura kaligrafi dari emas 24 karat. Namun kacau benar. Aku kesetanan. Bisikan busuk muncul seperti kolom google. Sekali ketik search, kawanan muncul. Racun-racun beranak pinak. Pipiku basah. Perasaan seakan mau meledak.

Sentuhan Lembut si Hijau


Oleh: Erfani

Sore tadi bermaksud mengambil x banner pesenan adik di percetakan digital printing daerah Tuntang. Jarak percetakan dari rumah sekitar 1 KM di seberang jalan deretan Saloka.

Karena waktu sudah hampir Maghrib, khawatir ketinggalan sholat jamaah. Sepeda motor kukendarai lebih kencang agar cepat sampai tujuan.

Melewati klinik Junaedi arah Pesat, sekitar 500 meter dari rumah, tangan kanan berasa ada yang menyentuh, sentuhannya terasa lembut dan halus.

Berasa ada yang menyentuh, kujatuhkan pandangan ke arah tangan yang sedang menarik pegas.

"Tak ada apa-apa."

"Mungkin halusinasi."

Bukan Corona tapi Koro

Oleh: Erfani

"Masak apa bu?"
"Masak koro," Ucap Ibu sambil mengacungkan jari telunjuknya ke arah kebun belakang.
"Oh koro yang saya tanam waktu itu?"
"Iya, bisa dimasak campur kacang panjang sama tempe bosok."
"Hari ini tidak ada tukang sayur keliling yang lewat, makanya Ibu petik koro dibelakang rumah, jika besok tukang sayur tidak lewat lagi, gantian masak lompong, lompong juga enak."
Ibu bergegas menuju pawon yang masih ada nyala api. Ditambahkannya kayu bakar agar api kembali membesar.

Cara Mengatasi Jambu Berulat

Sudah menjadi aktifitas rutin setiap pagi mengamati tanaman di belakang rumah. Ada banyak jenis tanaman diantaranya jambu biji. Tingginya sekitar 2 meter, masih terjangkau oleh tangan. Daunnya rimbun dan buahnya cukup lebat.
Sejak pertama kali berbuah hingga saat ini sudah beberapa kali aku memetiknya.
Tapi setiap kali memetik selalu saja ada ulat didalamnya sehingga belum bisa menikmati. Hal ini membuatku penasaran. Bagiku, ini tantangan yang harus dipecahkan agar jambu biji tidak lagi dimakan ulat.

Okelah, saatnya menggunakan jurus maut yaitu bertanya pada mbah google. Pada kolom kata pencairan kuketik cara mengatasi jambu berulat. Rupanya banyak artikel yang sudah membahasnya, dari beberapa situs yang kubaca rata-rata solusinya sama yaitu dengan cara membrongsong buahnya.
Membrongsong yang dimaksud yaitu membungkus buah jambu biji dengan plastik transparan. Kenapa harus transparan? Agar bisa melihat perkembangan buahnya, sebab jika plastiknya gelap kita tidak tahu apakah buahnya masih kecil atau sudah besar.

IDE

Oleh: Sugiharto

Kawan semua anggota grup Penarawa, ada satu hal yang ingin saya sampaikan. Sekedar berbagi ide terkait alasan bergabungnya kita di grup penulis ini. Meskipun saya belum layak disebut penulis.

Berbagai jenis karya tulis telah mampu kita wujudkan. Baik itu esai, news, feature, puisi, pentigraf, cerpen, cerita misteri, maupun lainnya. Kita saling berbagi ide di sini. Saling berkomentar. Juga saling menginspirasi.

Ada satu hal yang menurut saya  dibutuhkan untuk kita atur alurnya. Kapan kita sharing puisi, kapan pula kita sharing cerpen. Juga kapan kita bersama membuat buku antologi. Atau, biar mengalir seperti ini saja.

Rekan-rekan semua, apa sebenarnya ending dari bergabungnya kita di grup Penarawa? Apakah untuk aktualisasi diri? Untuk menggali potensi? Atau untuk mengasah kemampuan kita menulis? Meningkatkan skill kita.

Ruang Kosong; Ramadan Tanpa Tawa

Oleh: Dini Rahmawati

Malam kedua puluh lima Ramadan. Semua barang di rumah ini masih tetap pada tempatnya seperti setahun lalu. Hanya tembok putih yang memudar membedakan dari tahun sebelumnya. 

Sendirian saja Suti duduk di depan televisi empatbelas inci yang tak nyala. Di tangannya tergantung tasbih tergoyang perlahan sesuai alunan jemarinya. Mata terpejam namun tak tidur. Bibir bergerak pelan menyebut kebesaran Sang Maha Segala. 

Rumah besar ini terbiasa hening. Pada jam-jam tertentu saja dihiasi pembicaraan dua perempuan renta. Suti sang pemilik rumah dan Tut yang menumpang di satu kamar rumah lawas itu.

Bagaimana Menulis Novel?

Oleh: Tundjungsari Utami

Pertanyaan ini dilontarkan Bu Umi. Pasti akibat habis baca novel saya. (Jangan) Jadikan Aku yang Kedua.

Pastinya banyak teori bagaimana menulis sebuah novel. Yang saya tulis ini, lebih didasarkan berdasar pengalaman.

1. Niat yang kuat
Tanpa kemauan kuat, novel biasanya setengah jadi. Kenapa? Karena kisah novel biasanya ditulis dalam hitungan bulan. Bahkan mungkin tahun. 

Kemauan kuat biasanya hadir ketika ada emosi yang muncul bersama karya tersebut. Emosi pada novel JJAK itu, karena saya punya teman yang berperan sebagai Arina. Dan keputusan dia bersedia dimadu bahkan sangat baik pada istri muda sering dicemooh orang. Akhirnya lahir novel saya, meski jalan cerita jauh berbeda dengan apa yang ada di buku. 

Jumat, 29 Mei 2020

Amplop Putih

"Ada amplop putih," Bu Dian bergumam sambil membolak- balik amplop putih yang tergeletak di atas meja kecil dekat ruang tamu. 
Segera ia buka dengan rasa penasaran.

"Bapak...!" teriak Bu Dian saat mengetahui sejumlah uang  ada dalam amplop tersebut. Matanya nanar melihat uang berwarna merah memenuhi amplop panjang itu. 

"Ada apa to Bu, kok teriak-teriak, " Pak Yo menuju ke tempat Bu Dian berada.
"Ini lho...ini uang siapa, punya Bapak ya, kok uang sebanyak itu tergeletak begitu saja. Kalau ada orang luar masuk rumah gimana?"

Untuk Apakah Bukumu?

Oleh Maria Utami

Untuk apakah bukumu?
Koleksi?
Biar rumahmu penuh buku
atau biar tambah debu?
Di sana rak buku
Di sini rak buku
bahkan di lantai pun
penuh buku

Untuk apakah bukumu?
Ada ratusan buku
teronggok di rakmu
Sudah kau sentuhkah?
Sudah kau bacakah?
Semua?
Sudah kau
manfaatkankah ilmunya?

Untuk apakah bukumu?
Masih banyak buku
terbungkus plastikkah?
Yang bahkan lupa
kau letakkan di mana

Harta itu bernama Buku

Arinda Shafa

Waktu kukecil dulu
Kuhabiskan waktu di perpus sekolahku
Demi meminjam buku buku
Harus kembali dalam seminggu

Aku berasyik masyuk dengan aksara
Dan gambar aneka warna
Mereka seakan mengajakku serta
Riuh dalam kisah di dalamnya

Imajinasiku berlompatan
Ke negeri ajaib, negeri awan dan khayalan
Benakku menguntai khayalan
Masa kanak-kanak yang menawan

Menyambut Hari Buku Nasional

Oleh Widyastuti

Saya setuju dengan ide salah satu anggota Penarawa, Ibu Musyarofah bahwa kita mengadakan hari istimewa ini dengan memberi kesemaptan pada anggota Penarawa untuk promo buku.

Salah satu manfaat badai covid-19 yang melanda bangsa kita, bagi saya adalah  saya tidak konsuntif misalnya pergi ke salon, jalan-jalan ke mall atau ber- week end bersama keluarga di tempat wisata maupun makan bersama di restoran.

Anggaran itu saya gunakan untuk membuat ruang perpustakaan yang nyaman di rumah saya. Alhamdulillah bersamaan dengan hari buku nasional ini, perpustakaan saya telah selesai meskipun belum sempurna. Saya berkeinginan untuk memberi asesoris yang instragramable agar banyak tetangga yang tertarik dan mengunjungi perpustakaan saya. Meskipun tidak ber-ac, perpustakaan saya cukup sejuk karena penuh ventilasi. Sebelah kanan bisa untuk berdiskusi dan bisa melihat tanaman kaktus saya. Dan sebelah kiri perpustakaan saya sediakan mushola sederhana.

Show, Don't Tell

By tundjung

Salah satu tulisan fiksi yang dianggap berhasil apabila membangkitkan emosi pembaca. Bahkan pembaca merasa terlibat. Ikut marah, kalau perlu nangis.

Bagaimana triknya?

Tentu Anda pernah mendengar istilah: saat nulis itu show, jangan tell. Sebenarnya itu trik untuk melibatkan pembaca.

Saya tidak mau banyak berteori. Langsung ke contoh kalimat saja. Beda show dan tell.

1. Rusdi marah mendengar cerita istrinya.

2. Tangan Rusdi mengepal, rahangnya mengatup.

"Benarkah yang kau katakan, wahai istriku?"

Layer Cinta Bolen Pisang

Lhep...

Aku melirik tingkah si sulung sambil senyum.

"Mi, aku sudah habis tiga, tauk?" Ucapnya lantang. Bangga dia. 

Entah apa yang dia banggakan. Mungkin keberhasilannya makan bolen pisang ala steak daging sapi. Iris, tusuk, dan makan. 

Hari ini kami membuat bolen pisang. Penuh cinta. Jelaslah. Diawali dengan niat. Lanjut dengan usaha dan pengorbanan. Poles dengan kesabaran. Dipijat dengan kasih sayang. Dipenuhi coklat dan keju pemanis lidah. Dilipat dengan hati dan diletakkan sepenuh jiwa. Dimasak dengan seratus persen perhatian.

Kesimpulannya adalah....

Catatan Tirta


Belajar untuk menulis panjang, dan dipresentasikan dulu di hadapan ribuan orang, ternyata tak mudah. Itu catatan yang selama tiga hari ini saya rasakan.

Dan ini catatan lainnya..

Jangan protes masalah elipsis, karena ini kesalahan tulis yang paling sering saya lakukan, dan betapa harus berjuang mati-matian untuk perlahan mengurangi dan menghilanglan 

Sama seperti halnya saya berusaha keras menghilangkan ketaksempurnaan dalam innerchild yang membuat saya  terkadang childish di usia jelita, jelang lima puluh.

Yeah, itu kekurangan saya, tetapi sekaligus menjadi kelebihan jiga. Ya, dalam hal apapun, salah satu yang harus kita temukan dan kita olah, adalah keunikan diri yang kita miliki.  Karena  inilah yang akan  membuat kita berbeda...

Kesimpulannya adalah....

Catatan Tirta

Tak ada seorangpun yang sempurna. Ya, tak ada. Begitupun dengan kita. Sekeras apapun kita berusaha, selalu saja ada yang 'terlepas' dan membuat lubang-lubang kecil dalam setiap proses yang sedang kita lalui 

Seperti saya yang sudah menjejaki dunia kepenulisan lebih dadi duapuluh tahun lalu. 
Toh tak membuat saya menjadi hebat. 

Saya masih juga tersandung dengan elipsis. Tak hanya satu orang yang mengkritisi tentang hal ini. Dan saya menyadari ini memang  kesalahan tulis yang paling sering saya lakukan. Betapa saya harus berjuang mati-matian untuk perlahan mengurangi dan menghilangkan kekonyolan ini. 
Sudah rampungkah saya dengan masalah ini? 

Perlahan tapi pasti



Oleh: Rahmatan

Pertanyaan itu selalu mengintai
Setiap detik napas ini mengamini'
Kucoba untuk berdamai
Tetap saja tiada kunci

Ketakutan menemani langkahku
Kuberlari dan bersembunyi
Tak jua menenangkan nurani
Mencari lagi pembelaan diri
Helai demi helai perjalanan
 hidup  kusibak
Tak satu jua dapat menolong

Kelana Asa


By. Widati

Diam terus membelit pahit

Gemuruh meraja berkuasa

Ciptakan gelegak menghentak

Menerjang garang dalam rongga dada


Dan...

Benci, ragu, dendam juga rindu

Berkelindan di limit batas kalbu

Merentang  asa pada lintas warna abu-abu

Bacaan Terindah



Oleh : Umi Basiroh

'Amma yatasaa aluun'
 An-Naba' Juz 30 menggema
Huruf per huruf begitu tertata
Sempurna semua kalam-Nya

Makna demi makna begitu mesona
Menjelma keindahan tiada tara
Mencipta ketenangan di hati hamba
Bertafakkur atas penciptaan-Nya

Siangku yang Basah


Oleh Noor Hayati

Siang ini mendung
Sang surya enggan menampakkan dirinya
Sepertinya masih asyik bercengkrama  dengan mega ...

Kemudian
Satu demi satu
Air berjatuhan turun ke bumi
Mega tak mampu menahannya kembali
Hingga hujan deras mengguyur siang ini di kotaku
Ambarawa membasah

BENARKAH INI FAKTA?



Oleh Musyarofah

Hiruk pikuk Penerimaan Peserta Didik Baru ( PPDB) SMP Negeri sudah berlalu.

Adakah yang mengikuti dinamikanya? 

Adikku tahun ini juga lulus SD. Namun sejak bulan Januari, sudah diterima di pondok pesantren. Sehingga tidak ikut berkompetisi masuk SMP Negeri.

Pagi ini ketemu Bude Yati lagi. Seperti biasa, ngobrol sana- sini.

Berbelanja adalah kesempatan update informasi, yang sedang hits di kampung ini.

" Di rumah saya, lagi banyak tamu, Mbak." 

"Biasanya juga begitu, kan, Bude?" 

"Tapi, ini tujuannya beda.'

Menjadi Sahabat Bagi Semua Orang


Oleh Maria Utami

     Sudahkah aku menjadi sahabat untuk semua orang? Adalah hal yang mudah diucapkan namun terkadang tak mudah dilaksanakan. Kenapa? Karena ada sekat yang kita buat terhadap orang lain.Mengapa kita membuat sekat? Karena kita dengan sengaja membatasi diri, karena kitalah yang membuat jarak terhadap orang lain hanya karena persepsi yang kita buat untuk orang lain.

Fana

Oleh: Tundjung Sari Utami

Tak asli
Bukan berarti palsu
Purnama
Belum tentu sempurna
Mengapa sibuk mengeja luka
Demi menghindar mengais cinta?

Aku
Kamu
Mestinya kita
Namun rasa tak selamanya sama
Kadang mawar
Pernah hambar
Bahkan ambyar

Kamis, 28 Mei 2020

Nyonya Kura-kura


By.  Widati

Melihat kue yang membawa selintas bayang rupa uniknya kura-kura, mampu menarik rasa percaya diriku. Bibirku kelu, membiarkan hati berbisik lirih di sebatas rongga dada. 

Ah,  biar sajalah!  Aku adalah aku.  Cukup bersyukur dengan segala kekuranganku. Toh,  kura-kura saja mampu membawa tempurung rumahnya kemana kaki hendak menapak.  Mengapa aku tak mampu belajar dari Nona pembuat roti juga pada kura-kura?

Tanganku cuma bisa masak alakadarnya saja.  Tak selincah tangan si Nyonya cantik itu. Dia yang mampu menari menyulap gandum,  telur, gula juga mentega menjadi kue cantik ala rumah yang selalu dibawa diatas punggung binatang melata dengan usia panjang itu. 

Aku nggak boleh minder, apalagi ikutan lagunya Noor Huda yang dipopulerkan oleh Ilux ID,  Aku mundur alon-alon, mergo sadar aku sopo... '

Usia


Maria Utami

Ketika usiamu bertambah
Itu berarti
jatah hidupmu berkurang
Susah?
Senang?

Ketika usiamu bertambah
Catatan demi catatan
liku-liku hidupmu menebal
Gundah?

Ketika usiamu bertambah
Satu saja, kataku,
Syukuri
Berkah hidup untukmu
Bagikan
Apa yang bisa
kau berikan untuk orang lain
Meski itu
hanya sebuah senyuman

Kita berkurang usia bukan?
Jadi cukup ucapan
Selamat berkarya
dan selanjutnya
Dan paling utama
Bersyukurlah
Karena Tuhan telah ciptakan kita

Ambarawa, 19 Mei 2020

Wajah yang Serupa


Roro Sundari

    Enggar,raut lembut anak itu seketika memenuhi setiap sudut pikiranku.Ini lebaran akan kali ke dua sejak kepergiannya.Pendiam dan santun.Wajahnya manis dan fasih berbahasa  inggris.

    Waktu tengah hari tepat.Matahari yang sedari pagi merajai hari , tiba- tiba redup nenyelinap.Terusir mendung gelap dan gerimis yang sontak rapat berbaris. Gerimis yang tiba tiba datang seolah mengingatkan bahwa aku pernah  sangatmenyayanginya. Adalah Fa'i,lekaki muda datang ke salon untuk merapikan rambutnya yang terlihat seperti rumput liar.Model undercut masih up to date.Cukuran anak muda kekinian.Berkaos hitam dengan gambar secangkir kopi di dadanya.Kulit sawo matang,perawakan tinggi dan berkumis tipis.Wajahnya mirip Enggar anakku yang telah pergi.

Rumah Kenangan

Roro Sundari

Tempat mula kupergi dan kembali
Kugantung rindu yang selalu candu
Tempatku menguntai butiran mimpi
Merenda kisah dari benang benang resah

Rumah itu
Selalu kuat membelenggu rindu
Di setiap senja membuka peluknya
Menggiring jiwa membatasi gelap meraja
Mengikis terik menyisik torehkan luka

Rayuan Raja Kura-kura

Oleh Indah Zein

Pagi ini aku menatap bulatan-bulatan glowing keemasan keluar dari oven. Gemas benar gigiku ingin menggigitnya selagi hangat. Tak peduli adzan subuh telah berkumandang tanda waktu menahan makan minum telah dimulai.

 Namun apa daya, ujian ini berat. Godaan rona kejunya, serupa kerlingan gadis keluar dari salon kecantikan. Malu-malu tapi penuh jebakan.

Ya, sudahlah. Jiwaku meronta. Kulahap satu gigit, dua, Lep... Habis, alamak. Its ok. Salah siapa menggoda kucing garong. Wkwkw...

Eits, suami tercinta melirik.  Dia sedang menata si cantik ini rapi  dalam kemasan. Jangan-jangan dia pengen juga.

Filosofi Kue Lapis

By : Rohani Panjaitan

Seuntai pesan melalui aplikasi hijau menghiasi gawai. Pesan dari seorang teman baik di ibukota propinsi. 

"Bisa minta tolong,  gak?"
"Apaan?"
"Bikinkan kue lapis buat acara setahunnya Mama."

Sebenarnya, aku sudah memproklamirkan diri pensiun dini dari tukang kue. Tepatnya sejak harus fokus dengan bayi mungil yang unyu,  ditambah lagi dengan rezeki pak bojo yang sedang sakit. Praktis selama ini, diriku sudah tidak menerima orderan dalam bentuk apapun. Tapi pesanan teman yang satu ini memang berat untuk ditolak, karena temanku ini orangnya baik banget, terlebih aku juga kenal dengan Sang Mama.

Kamar 2204 (Part 4)

Sinopsis. 
Bagai sebuah petualangan yang menegangkan  bagi Miranti. Dia yang mendapat job menjadi narasumber workshop di sebuah hotel berkonsep heritage ini harus mendapatkan sederet teror yang tak menyenangkan. Dari mulai kamar mandi yang tiba-tiba tak bisa dibuka, telpon tengah malam, hingga kedatangan perempuan misterius  yang mendadak meminta ijin menumpang tidur. Siapa sebenarnya perempuan itu?   Lalu, siapa pula Hannah van Eiken?

Kamar 2204 
(Part 4)
Oleh: Tirta Ns


Lagu itu, dengan irama yang sangat tak asing bagiku, benar-benar nyata di telingaku saat ini. Ini tahun 2020, Bung, dan masih ada seorang perempuan menyanyikan lagu ini dengan  Bahasa Belanda?

Perempuan itu memakai rok panjang sedikit mengembang dengan bahu offshoulder. Rambutnya yang pirang dikelabang rapi dalam dua ikatan. Matanya biru. Dia nampak menyanyikan lagu itu  dengan penuh penghayatan. Matanya menerawang.  Sesekali dia menggesekkan biolanya yang menghadirkan suara  menyayat...

Hujan Pagi Ini


Oleh Maria Utami

Masih ingatkah kau
Hujan pagi ini
adalah
Kita dua puluh tahun lalu
Berpayung berdua
Susuri jalan Gejayan
Tanpa suara
Tanpa kata
Diam
Kenapa?

Kita nikmati kelokan
demi kelokan jalan
Menunduk malu
Payung hitam sebagai saksi
Perjalanan itu

RINDU


Oleh Intan Indarwati


Pagi ini
Aku dilanda rindu
Rindu yang begitu memang mengganggu

Hujan di pagi ini
yang redup
Seperti saat bertemu denganmu waktu itu
Namun hujan ini tak bisa sembuhkan rinduku

Rindu memang menganggu
Tapi sekalinya bertemu
Dunia terasa semakin hidup
Begitulah kekuatanmu

Romansa Sultra Cerdas


Oleh : Umi Basiroh

[Bu, njenengan absen 2x]
Bu Alvie memberitahuku tadi malam. Dia melampirkan bukti zoho.form, gg. gg yang berisi namaku bernomer 262,365.

[Makasih infonya, kukira aku gagal]
Dadir  vicon webinar yang kuikuti kemarin menguras energi. Kegiatan dengan aplikasi teams berlangsung mulai jam 09.00 sd 12.30 WIB. 

Kegiatan ini diawali dengan dengan sambutan kadinas Sultra. Lanjut dengan penyampaian materi oleh 2 narasumber. 

Tema yang diangkat tentang 'Learning Management System.' Poppy Dwijayanti membahas 'Quipper School secara gamblang dari visi misi, vitur, sampai dengan manfaatnya. 

Jahe Serai

Alhamdulillah, salah satu kata yang disebut Allah SWT dalam kalam suci-Nya yaitu Surah Al Insan ayat 17: "Dan di sana dia diberi segelas minuman bercampur jahe". Itu salah satu ilustrasi yang Allah berikan bagi penghuni surga.

Lepas dari itu, kata  زنجبيلا ( jahe) disebut di dalam Al Quran berarti sesuatu banget buat kita, artinya ada  nikmat dan memberi manfaat, menghangatkan tubuh,dan manfaat lainnya.

Setelah dipilih jahe yang berkualitas, diolah dan dipadukan dengan serai maupun apel malang yang semuanya Indonesia banget, menghasilkan cita rasa yang nikmat.

Nikmatnya Rindu


Oleh Fredeswinda Wulandari

Rasa yang ada
Memasung jiwa
Mengekang raga

Hendak terbang
Terhambat jerat
Erat terikat

Hendak melangkah
Tersapu gerah
Gontai tak terarah

Bunga Telasih

Oleh : Umi Basiroh

Orang kampung menamainya 'Telasih.'
Berwarna ungu dan hijau memiliki aroma khas. Daun-daun kecilnya menghiasi batang yang bercabang-cabang. 

Menjelang lebaran, bunga ini menghiasi pasar tradisional. Orang tuaku selalu membeli bunga ini. Setelah diikat dengan ukuran sedang, Ibu menaruh beberapa di atas genting. 

Sebagian dibawa ke makam. Dilengkapi dengan irisan pandan, bunga mawar, dan kenanga. Ibu membungkus dengan daun pisamg dengan isi yang bervariasi. 

23 Ide Aktivitas di Rumah Aja


Oleh Meykke Santoso 

Jelas, covid-19 ini telah mengubah hampir seluruh aspek kehidupan ya, man. Nggak cuma perekonomian dan kesehatan masyarakat yang paling banyak kena imbas, tetapi juga gaya hidup seluruh umat di dunia. Yang tadinya jadi social butterfly pun harus menahan diri dan tetap stay di rumah aja. Salah duanya adalah kami berdua, suami dan aku. Kami yang sama sama kaum ekstrovert dan senang berinteraksi dengan orang banyak pun harus puas hanya berinteraksi satu sama lain dan orang rumah saja.

Etapi, jika kita bisa sedikit menggeser kacamata kita, kita bisa juga kok melihat banyak sisi positif dari imbas covid 19 ini. Toh jika bisa eksplorasi lagi, banyak kegiatan yang bisa kami lakukan di rumah selama ini. Thus, we wanna share all the activities to you, dears.

BUKAN KAPALMU, ATAU KAPALKU


By Tundjungsari Ratna Utami

Ini bukan negerimu
Atau negeriku
Ini negeri kita

Ini bukan Indonesiamu
Atau Indonesiaku
Ini Indonesia kita

Engkau boleh memberi pujian
Seperti aku yang mengucapkan kritikan
Lalu mengapa kita mesti dibenturkan?

Sapa Pagi


Oleh: Noor Hayati

Pagi ini
Hujan deras mengguyur kotaku
Ketika mengawali hari
Menjerang air
di belanga
Menuang kopi
dalam gelas
Menyeduhnya
dengan air panas

Ku campur
 tepung terigu
dengan menambahkan garam dan gula pasir secukupnya
untuk
memberikan rasa
Tak lupa ku tuang air agar merata
Ku kupas pisang
Dan memasukkannya ke dalam adonan
Sreeeng ......................pisang masuk ke penggorengan...

Kosong Sebelum Selaras

Meniadakan diri setiada tiadanya
Mengosongkan diri sekosong kosongnya
Ego luruh
Aku luruh
Diam tapi bergerak
Bergerak tapi diam

Kosong isi
Kosong
Mengandung benih-benih keberadaan,
benih-benih ruang dan waktu
Memangku semua
Meliputi seluruh

Mati sak jeroning urip
Kesadaran trus tumbuh


Agus Surawan, 2020

Lagi-lagi ramai sembako

"Assalamualaikum."

Terdengar suara laki-laki bernada nyaring beberapa kali berbarengan dengan ketukan pintu yang juga terdengar keras. Tubuhku yang baru saja rebahan di kamar karena seharian ini mengurusi pembagian BLT Dana Desa terbangun seketika. Segera ku menuju ruang tamu, sesaat setelah kubuka pintu, berdiri seorang sosok tua yang usianya sudah melewati kepala tujuh. Ia adalah tetanggaku, tidak seperti biasanya ia datang ke rumah. Raut wajahnya terlihat kaku. Seperti ada yang disembunyikan.

"Dialog Sembako di Negeri Dongeng"

Di sebuah negeri dongeng yang sedang dilanda musibah. Hiduplah seorang nenek sebatang kara. Hidup pas-pasan. Hasil kerja sehari hanya cukup untuk makan sehari. 

Suatu ketika datang seorang utusan Pemerintah kepada nenek itu.

Pejabat : "Selamat sore, nek. Ini ada bantuan dari Pemerintah untuk Nenek, mohon diterima."

Nenek : "Bantuan apa bu?"

Pejabat : "Bantuan sembako, nek."

Nenek : "Tapi saya tidak membutuhkannya, bu. Saya masih bisa bekerja."

Pejabat : " Iya, tapi nenek sudah tua dan hidup sebatang kara."