Oleh Indah Zein
Tahukah Anda? Kadang kita selalu mengeluh ketika lelah menghadapi bahkan mengerjakan sesuatu. Sama. Itu juga yang aku alami. Namun, ada kalanya lelah itu akan berbuah manis. Pastinya. Namun manis itu banyak maknanya.
Manis itu seperti perasaan para penggemar jelajah alam. Saat mereka naik puncak gunung kemudian sampai di puncaknya. Nah, berakhir dengan manis. Manis bagi pendengar cerita. Manis yang sangat bagi subjeknya sendiri.
Manis itu seperti saat kau jatuh cinta. Iya, betul. Karena mencintainya butuh proses. Jatuh bangun untuk membuktikan murninya. Lalu mereka bahagia. Nah itulah manis.
Manis di kalimatku kumaknai sebagai hak yang akan kau dapatkan setelah perjuangan yang melelahkan. Maka manis ada di tengahnya. Seperti selai pada biskuit. Seperti kelapa di dalam klepon. Manisnya ada dan memiliki sensasi rasa.
Manis hidup kita sedang disimpan. Hingga kapan? Hingga kita sabar berusaha. Hingga lelah itu menjadi teman karibmu. Hingga akhirnya teruji sudah kemampuanmu. Teruji kesabaran yang panjang. Siapa yang menjaga manis itu? Allah, iya. Tuhan. Dia yang menyelipkan manisnya ditengah proses kita.
Ah, serius sekali kata manis fajar ini mengalir di benakku. Mengapa? Lihat, bolen pisangku telah berubah sesuai imajinasiku. Apa? Bolen pisang? Iya. Kelelahan yang sempat memancing tangis ketika mencobanya. Kini berbuah manis. Kutengok legitnya. Ah, sekarang aku tahu caranya. Setelah berapa lama? Sungguh perjuangan dan terus mencoba. Kerumitannya terurai perlahan.
Dan manis datang padaku detik ini.
Alhamdulillah. Sang Maha telah melihat geliatku untuk berusaha. Setelah sekian lelah. Bukan terbayar sudah. Namun, kuraup sudah semua teori dan menemukan cara pasti. Bersama bolen pisang. Aku temukan hikmah.
Ambarawa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar