Oleh : Arinda Shafa
Tengah malam itu, aku terjaga. Setelah banyak notifikasi menyerbu ponselku yang lama teronggok di nakas. Ratusan chat bertebaran. Kubuka grup keluarga dengan mata masih menyesuaikan dengan cahaya. Ada berita duka di sana.
Sebuah helikopter TNI AD jatuh di Kendal. Gambar yang tersaji membuat bulu kuduk merinding. Badan heli hancur, berasap-asap. 9 orang korban. 4 orang dinyatakan meninggal. 5 luka luka.
Lantas aku mendownload gambar foto keluarga di sana. Aku seperti familiar dengan wajah sang ibu dan anak. Ternyata salah satu korbannya adalah kapten Fredy. Ayah seorang wali murid TK tempat anakku dulu sekolah. Innalilahi wa Inna ilaihi Raji'un. Gerimis hati ini, makin lama makin deras.
Ucapan bela sungkawa bertebaran di status para guru, wali murid, dan grup wa. Kutemukan pula foto sang kapten tengah menggendong sang kakak, yang kini masih duduk di TK B. Adiknya bahkan baru berusia 3 tahun. Sekecil itu sudah menjadi yatim.
Sang ayah yang sepekan sekali bertugas, lalu pulang saat akhir pekan. Skenarionya begitu. Tapi 6 Juni 2020, tepat di hari ulang tahun beliau ke-34, sang kapten memang pulang , tapi hanya nama. Ia sudah pulang ke rumah di barzah.
Dari seorang sahabat yang pulang takziyah, beliau bertutur sambil menitikkan air mata.
"Anaknya lari lari. Berceloteh riang bersama adiknya. Mereka gembira, karena rumah silih berganti didatangi tamu, Bu."
Lalu ada anak yang bertanya "ayahmu meninggal sampai kapan?"
Gadis cilik lincah itu menjawab "hmm, gak tahu. Mungkin besok". Lalu asyik bermain lagi.
Ya Allah patah hati ini mendengarnya.
Mereka tak mengerti bahwa ayahnya yang hebat takkan lagi pulang ke rumah. Takkan ada lagi yang menggendong, mengajak bermain, bercerita dan segala hal terindah yang bisa dipersembahkan oleh seorang ayah. Takkan ada lagi suara berat membangunkan tidur, mengajak ke masjid atau lari pagi. Takkan ada lagi deru mobil atau motor lalu serbuan anak anak di depan pintu " ayah pulaaang!!"
Semua hilang dalam pusaran waktu. Hanya keping keping kenangan yang terus bersama, merangkai kisah di sisa usia. Mengupayakan bahagia.
Sang kapten, suami dan ayah, hanya memulai perjalanan lebih dulu. Insyaa Allah tujuannya sama: ridho Allah dan surgan-Nya.
*Stay strong, bunda.
Semoga Allah menguatkanmu dan anak-anakmu selalu. Aamiin
Patemon, 8 Juni 2020
Tidak ada komentar:
Posting Komentar