Oleh Musyarofah A.R
Bu Hendra pulang dengan hati berbumga - bunga, nilai raport anaknya hampir semua mendapat A.
Bu lwan dadanya dipenuhi dengan gemuruh kecewa karena nilai C mendominasi raport anak keduanya.
Hari ini, sebagaian besar orang tua di Indonesia menerima raport atau Laporan Hasil Belajar putra putrinya selama semester ganjil kemarin.
Bagaimana perasan yang muncul? Tentu beraneka ragam. Bahagia, bangga, gembira jika nilainya bagus. Sebaliknya kecewa, marah, jengkel jika nilai anak tidak sesuai harapan.
Mengapa demikian? Karena masih cukup banyak orang tua di lndonesia yang mempunyai persepsi bahwa kepandaian dan kecerdasan anak itu diukur dengan nilai dan prestasi di sekolah.
Budi yang nilai Mate-matika dan IPAnya tidak pernah mencapai KKM, ternyata berulang kali menjadi juara melukis.
Rani yang lamban saat ada tugas menghafalkan surat-surat pendek ternyata bisa menyelesaikan dengan cepat tugas menulis cerita dan puisi dari guru Bahasa lndonesia.
Apakah Budi dan Rani termasuk anak yang tidak cerdas?
Setiap anak terlahir dengan membawa potensi kecerdasan masing-masing .
Budi cerdas di bidang seni, Rani di bidang bahasa. Mereka tidak bisa dibandingkan. Demikian juga anak-anak kita yang lain.
Sebagai orang tua, mari temukan potensi anak-anak kita. Kemudian kita support dengan maksimal agar membuahkan kebaikan.
Mari senantiasa bersyukur atas anugerah terindah yang telah Allah berikan. Karena sesungguhnya setiap anak adalah bintang
Tidak ada komentar:
Posting Komentar