Oleh: Arinda Shafa
Ceritanya saya sedang dibikin baper sama lagunya Virgoun yang rilis beberapa tahun lalu. Sekitar tahun 2017an kalau tidak salah. Apalagi kalau bukan lagu bertajuk "Surat Cinta Untuk Starla"
Pasalnya suami pernah nyanyiin lagu itu saat otw jalan-jalan dulu. Meski suaranya berpotensi merusak nada dan irama tapi Alhamdulillah tidak sampai bikin sakit telinga. Lantas saya terpesona? Nggak juga. Saya ngakak dalam hati kala itu. Sebab lirik lagu itu kurang representatif jika ditujukan untuk saya. Wkwkkw.
Saya nggak begitu tersentuh karena romantisnya suami adalah saat mau nyebokin anak, masak bareng, beliin buku, dan belajarin anak matematika haha.
Beberapa hari lalu iseng buka YouTube dan nemu lagu ini. 307 juta viewer. Wow banget. Setelah diputer berulang kali, baru ngeh kalau ini lagu touch dan feel-nya dapat banget (menurut saya sih)
Lalu apa kaitannya dengan menulis?
Ada.
Sebuah lagu, bisa mendatangkan mood dan inspirasi. Saya pernah menulis cerpen bertema jatuh cinta, patah hati, move on, dan sejenisnya. Suasana akan lebih menyentuh jika sebelumnya memutar lagu dengan tema yang ingin ditulis. Bahkan saking menghayatinya, pernah nulis sambil nangis. Hikss.
Biasanya itu untuk tulisan fiksi ya.
Non-fiksi juga bagus jika dikasih sentuhan berupa puisi/ quote dari lirik lagu.
Menulis, untuk menenangkan hati.
Menulis, untuk mengurangi beban.
Menulis, untuk membuat lebih kuat. Lebih berani. Lebih siap menjalani hari hari.
Menulis, untuk menginspirasi.
Menulis, untuk tabungan amal yang takkan putus pahalanya.
Dan tiba tiba saja lagu itu membuatku tercenung. Diam yang lama. Berjuta gagasan berjejalan, ingin ditumpahruahkan segera. Ruah serupa air bah. Indah, serupa kupu kupu yang bertebaran. Pahit, serupa brotowali dicampur biji mahoni. Lucu, serupa Matryoshka yang terpajang di etalase. Luka, sebagaimana tersiram larutan garam di luka menganga.
"Bila habis sudah cinta ini.
tak lagi tersisa untuk dunia. Maka tlah kuhabiskan sisa cintaku hanya untukmu.
Bila habis sudah waktu ini.
Tak lagi berpijak pada dunia.
Maka tlah kuhabiskan sisa hidupku hanya untukmu"
Menit demi menit bergulir.
Sunyi.
Jemariku sedang tidak mau menari.
Semarang, 13 Desember 2019
Tidak ada komentar:
Posting Komentar