Minggu, 01 Desember 2019

Piala

Oleh : Arinda Shafa

Piala itu, bersusun-susun rapi--belasan jumlahnya--sampai tak muat di atas meja. Hingga berdesakan. Berebut tempat dengan beberapa album foto yang ada di sebelahnya. Si pemilik piala itu adalah gadis cantik 8 tahunan yang semampai. Jago bersilang silang kaki di atas catwalk dengan busana terbaik. 

Ketika gadis semampai berkulit seputih susu itu kusapa, ia hanya menjawab sekadarnya.  Datar . Tanpa ekspresi apalagi senyum. 


Lalu, piala-piala berikutnya. Kutemui di sebuah rumah gedong. Kuning, berkilauan tertimpa tempias cahaya dari kisi jendela. Kiranya ia terlalu banyak sehingga sang empunya sampai tak sempat membersihkan debu di atasnya. Apalagi mengelapnya dengan penuh cinta. Mengingat piala adalah simbol perjuangan dan keberhasilan yang gilang- gemilang. 

Ketika sedang asyik mengagumi piala piala hasil lomba kecerdasan itu, si pemilik tengah berteriak marah pada sang ibu, membanting pintu hingga kusen jendela bergetar. 

Piala oh piala. Kutemukan lagi berjajar. Indah dan megah. Hasil kompetisi seni yang cukup bergengsi. Namun, si empunya mungkin lupa. Bahwa tubuhnya adalah karunia yang harus dijaga.

Piala. 
Benda itulah yang sempat membuat anak gadisku iri. Yang mengerucutkan bibir ketika ia gagal membawa piala dalam lomba menggambar. Yang membuatnya sedih karena ia hanya punya empat, itupun yang satunya pemberian orangtua sebagai hadiah berhasil puasa penuh saat playgroup dulu. 

Lantas tak bosan kubilang. Bahwa bisa jadi piala adalah kebanggaan para orangtua. bisa jadi piala adalah simbol bakat anaknya. Bisa jadi piala adalah pelecut kesuksesan di masa depan. Namun bapak dan ibunya ini tak pernah menuntutnya mengumpulkan piala piala. Tak pernah menganjurkan dia menyimpan piala di ruang tamu. Cukup di meja belajarnya. Agar ia bisa menatapnya lekat saat turun semangat. 

Semoga kau tahu nak, bahwa bapak ibunya ini sudah cukup bahagia saat melihatmu berakhlak mulia. Saat melihatmu berakrab menekuri kalam-Nya. Saat kau bahagia dan bersyukur dengan apa yang kau miliki saat ini. 

Berprestasilah tanpa harus mengharap piala nak. Berharaplah hanya pada-Nya untuk segenap kebaikan, penjagaan, dan keberuntungan hidup kini dan nanti. 

Patemon, 30 November 2019

Tidak ada komentar:

Posting Komentar