(1) Indahnya Mentari di Balik Gunung Batok
Oleh: Budiyanti
Hai... teman-teman sudah pernah pergi ke gunung Bromo? Hem...seru lho jika kita bisa berkesempatan pergi ke sana. Kata pertama yang meluncur saat itu adalah subhanallah. Begitu indah ciptaanNya.
Setelah menempuh perjalanan selama empat jam lewat jalan tol, rombongan kami, keluarga besar SMP negeri 2 Banyubiru sampai di kaki gunung Bromo di Probolinggo Jawa Timur pada Selasa, 3 Desember 2019 pukul 24.00 Bersyukur perjalanan lancar.
Bus diparkir di sebuah pinggir jalan. Suasana sepi dan masih petang. Tidak begitu jelas saat itu sampai mana. Kami agak terlalu awal untuk memulai perjalanan ke Gunung Bromo. Cuaca amat dingin. Saat itu ternyata masih pukul 24.00. Ya....kami pun berdiam diri di bus atau ke toilet di sekitar tempat parkir. Banyak jasa persewaan MCK dengan membayar 2000 ribu.
Begitu bus berhenti tampak beberapa pedagang dengan membawa keranjang berisi topi rajut. Topi yang lumayan untuk mengusir dingin. Konon dinginnya sampai - 3 derajat. Mereka menawarkan penuh antusias.
Saat itulah semua pedagang menawarkan satu topi rajut dengan harga tiga puluh ribu. Banyak juga yang membeli dengan harga tersebut karena ditawar tak ada yang boleh. Ada juga yang menawarkan satu paket dengan harga lima puluh ribu kita dapatkan topi, kaos tangan dan selendang tuk penghangat leher. Kami pun membeli sarana tersebut. Ya persiapan untuk naik ke atas. Namun, teman-teman ketahui itu adalah trik pedagang.
Beberapa menit kemudian, para pedagang menawarkan harga lebih murah. Harga topi yang bisa menghangatkan kepala tersebut dengan harga dua puluh ribu. Tapi gak usah disesalkan, itung-itung memberi rejeki pada pedagang yang mencari rejeki di malam hari. Ya kan
Tepat pukul 02.00 kami para guru dan karyawan langsung menuju ke jip yang telah kami pesan sebelumnya. Lho pesan dulu. Iya dong. Siapa tahu pas hari sama banyak yang pesan juga. Jip ini biasanya hanya sekali jalan karena perjalanan jauh dan waktunya jelang subuh.
Jip warna-warni yang berjumlah delapan siap membawa kami memulai perjalanan. Untuk mempermudah baiknya panitia membagi peserta dalam beberapa kelompok. Satu kelompok terdiri dari lima atau enam dalam satu jip. Ya untuk mempercepat saja.
Masing-masing jip sudah terisi. Jip yang saya naiki diisi enam orang. Depan diisi dua, saya dan teman. Jok belakang diisi empat orang. Kami siap menembus malam yang amat dingin dan pekat. Jaket tebal, topi rajut sudah menutupi kepala. Kaos tangan juga sudah kami pakai. Rasanya tak sabar agar segera sampai puncak Bromo.
Jalan menanjak terus. Diawali melewati jalan yang ramai karena ada penginapan di kanan kiri jalan. Kemudian mulai kami bertualang menuji Bromo. Dingin mulai terasa. Iring-iringan jip melaju cepat menembus malam yang amat petang. Hemmm ngeri lho. Kanan kiri hutan. Jalan berliku dan berkabut. Pandangan tak jelas. Sungguh luar biasa Pak sopir bisa menjalankan mobilnya dengan jalan tak jelas. Kadang tak ada celah. Hanya cahaya jip lainnya yang bisa untuk penunjuk jalan.
Sungguh kami dibuat panik dengan perjalanan kurang lebih satu jam ini penuh dengan rasa deg-degan karena jalan yang penuh tantangan.
Satu jam dari perjalanan awal, berjalan lancar. Tempat amat petang. Kira-kira pukul 03.00 kami sampai di parkiran. Tampak beberapa jip berjajar di pinggir jalan. Kami pun turun tak lupa kami mencatat nomor jip agar nantinya tidak lupa.
Jalanan tempat kami berhenti amat ramai sekali. Lalu lalang para pengunjung untuk menuju puncak atau beristirahat untuk sekadar mencari minum penghangat tubuh.
Kami pun memilih untuk naik ke bukit cinta lewat undakan yang katanya ada 200 untuk dapat melihat matahari terbit. Ya benar tidaknya tidak kami hitung. Dingin mulai terasa. Badan mulai merasakan dingin. Banyak kaum ibu yang menawarkan sewa jaket. Alhamdulillah kami sudah membawa jaket, topi rajut.
Perlahan sambil menahan dingin kami menaiki tangga satu persatu. Pagar sepanjang jalan kami gunakan untuk pegangan. Kalau lelah kami berhenti. Kami saling support agar cepat sampai di atas. Akhirnya sampai juga di atas. Hari masih petang. Matahari belum ada tanda-tanda mau terbit karena belum ada pukul 04.00. Kami pun menunggu sambil duduk-duduk. Sebuah tikar dengan sewa dua puluh ribu bisa untuk istirahat. Bukit dengan pelataran tidak terlalu luas itu lama-lama makin penuh seiring mulai ada semburat merah di balik gunung Batok. Tampak awan putih tebal mengelilingi Gunung Batok.
Tak lama kemudian sinar mentari mulai menampakkan diri. Woh... begitu indah ciptaanNya. Benar-benar takjub saya melihatnya. Rasa lelah terobati dengan indahnya matahari di balik Gunung Batok yang bersebelahan dengan Gunung Bromo yang memukau.
( Bersambung)
Ambarawa, 6 Desember 2019
Tidak ada komentar:
Posting Komentar