Senin, 30 Desember 2019

Senggigi dan Tanjung Biak


Oleh : Budiyanti

Ke Lombok kalau belum ke Senggigi rasanya belum lengkap. Oke...yuk ikuti ceritaku kali ini. 

Hanya beberapa menit saja kami menuju Senggigi Setelah sebelumnya membeli oleh-oleh di Sasaku dan Lombok eksostik. ( Cerita menyusul)

Setelah parkir kami berlima masuk objek dengan membayar seribu per orang dan parkir 5000. Jadi cuma sepuluh ribu doang. Murah banget kan dibandingkan di Jawa.


Di awali menyusuri jalan lurus biasa. Sisi kanan beberapa penjual jajanan menjajakan barang dagangannya. Kami pun langsung lurus menuju pantai Senggigi. Konon banyak pengunjungnya. 

Hari itu hari Senin, jadi tidak terlalu ramai. Hari panas. Beberapa perahu masih diam di pinggir pantai. Sesaat kami hanya bisa melihat pemandangan pantai nan elok. Beberapa kapal tidak berjalan. Suasana juga tidak begitu ramai. Para pedagang juga tidak terlalu banyak. Ya rasa penasaran terlunasi juga. 

Sesaat kemudian, tampak beberapa polisi patroli. Kami berbincang sebentar. Lalu diberi tahu untuk ke Tanjung Bias, tempat kuliner ikan bakar. Tak menunggu lama kami pun meluncur ke sana. 

Melalui jalan kampung, kami lewati untuk mencari tempat yang disebutkan pak polisi. Alhamdulillah akhirnya ketemu juga. Sebuah pemandangan berbeda. Sepanjang jalan dipenuhi warung-warung yang rata-rata menjual berbagai macam makanan laut. Hemm bau ikan yang dibakar menguar. Menusuk hidung. Tak sabar ingin segera mengisi perut. 

Kami segera memilih salah satu warung dan masuk. Ternyata semua warung yang ada menghadap  pantai. Wau.... indahnya. Hari masih agak panas sehingga kami memilih tempat duduk di dalam ruangan tetapi tetap bisa melihat indahnya pemandangan laut. Ombak tidak begitu besar. Tenang saja. Wohh ada juga kuda yang bisa disewa. Hanya dengan tiga puluh ribu rupiah kita bisa naik kuda sambil menikmati pemandangan laut. Mau coba?

Sambil menunggu pesanan, kami gunakan untuk salat. Sayangnya tempat wudhu kurang bersih. Tempat salat juga kurang luas karena campur dengan tempat menyimpan kursi. Hemm inilah yang kadang kurang diperhatikan oleh pemilik warung ataupun restoran. 

Apapun bentuknya, alhamdulilah bisa menjalankan ibadah. 

Makanan pun segera tiba dengan satu paket yang menggoda siap di meja. Ada ikan bakar, udang, kepiting, kangkung plecing, yaitu kangkung dibumbui sambel tomat, ada bumbu urap dan ada kacang goreng. Ya kebanyakan di Lombok makanan tidak ada rasa manis seperti di Jawa. Cenderung asin. Woh....ada juga sayur daun kelor yang dibuat bening. 

Alhamdulillah makan siang kami lumayan nikmat. Selain nikmat makanan juga kami bisa bercanda ria dengan keluarga. Itulah indahnya kebersamaan.

Hari makin sore, pengunjung makin banyak. Kursi-kursi empuk warna warni dikeluarkan. Diletakkan di pinggir laut. Di bawah terik matahari dan berada di bibir pantai. Matahari mulai terbenam perlahan-lahan. Merah merona menakjubkan hati. Hemm sungguh pemandangan yang memukau saat detik-detik matahari akan tidur di peraduan. 

Tak terlewatkan untuk mengambil gambar. Inilah nikmat yang tak terkira. Indahnya alam ciptaanNya

Lombok, 27 Desember 2019

Tidak ada komentar:

Posting Komentar