Udara sekeliling ruangan terasa lembab dan dingin. Satu per satu teman-temanku meningglkan tempat tinggal kami, sebuah rumah besar yang sebelumnya terasa begitu hangat dan nyaman. Anak-anak dan remaja telah lebih dulu pergi. Seberkas cahaya tampak begitu indah dan menarik hati kala aku berjalan mendekati pintu.
Kuikuti kemana teman-temanku pergi, menikmati hangat dan indahnya bias cahaya di luar sana. Beberapa teman berjalan beriringan dengan pasangannya, membuatku bertanya-tanya, di mana gerangan belahan jiwa. Terbayang betapa bahagianya hati, kala kutemukan pasanganku nanti. Kami akan menjadi raja dan ratu dalam istana kami yang baru, dikelilingi anak-anak yang akan senantiasa meramaikan suasana.
Di bawah terang cahaya, aku terus berputar mencari cintaku. Rupanya dia ada di sana, menungguku datang menjemput. Segera kuajak ia menepi, menanggalkan sayap-sayap lemah kami. Berjalan beriringan untuk membangun istana demi sebuah kehidupan baru.
Tiba-tiba sekeliling kami menjadi gelap gulita, tak ku lihat lagi teman-temanku. Cahaya itu telah padam, menyisakan teman-temanku yang akan mati karena belum menemukan pasangannya malam ini. Bergegas kami menjauh kala sebuah suara mengejutkan kami, “laron-laron penggangu. Terpaksa aku harus mematikan lampu dan tidak bisa melanjutkan pekerjaan.”
SoLes, 191219
Tidak ada komentar:
Posting Komentar