Rabu, 25 Desember 2019

Pengalaman Pertama yang Tak Terlupa



Menulis sebuah penelitian adalah pekerjaan yang masih  asing dan sulit bagiku. Entah terbawa arus teman-teman yang berada pada zona nyaman atau rasa malas yang menggerogoti jiwa. 

Hingga pada suatu saat,  aku dipertemukan dngan teman yang klik dalam hal tulis menulis. Dia memotivasiku untuk belajar menorehkan kata-kata pada selembar kertas. 

"Hayo berkarya,  sebagai tanda bersyukur kepada-Nya. Njenengan bisa,  kalau berusaha." Itu kata-kata Bu Maria yang mampu membuatku malu pada diriku sendiri dan sekaligus mampu melejitkan semangat untuk belajar menulis. 


"Apa yang sulit dari menulis, Bu? " Sebuah pertanyaan terlontar dari bibir temanku yang bertahi lalat. Pertanyaan sederhana yang dilontarlan Bu Maria yang seorang guru Bahasa Indonesia. 

"Aku tidak tahu majas,  tata bahasa,  diksi, majas... " Kataku saat itu dengan ogah-ogahan. 

Tapi tidak kusangka,  pagi harinya kutemukan buku-buku Bahasa Indonesia lengkap dengan gaya bahasa, peribahasa dan majas di meja kerjaku.  Siapa lagi kalau bukan dari si dia,  Bu Maria.  

Ini sebuah perhatian dan motivasi yang luar biasa. Lalu,  dari mana aku harus memulai menulis. Banyak. Ide bertebaran di kepala,  namun masih sulit untuk memulainya. 

"Ikutan buat PTK yuuk... " Itulah ajakan Bu Maria untuk berkarya.  Aku tidak punya alasan untuk menolaknya.  Biarlah aku mencoba belajar bersama teman-teman untuk mulai hal yang baru. Singkat cerita,  setelah melalui proses panjang,  akhirnya penelitian berakhir sudah. Aku yakin,  tanpa sentuhan teman baikku yang sudah beberapa kali menjuarai lomba,  namanya Pak Yohanes Eko Nugroho mustahil aku dapat merampungkan tepat waktu.  Dia begitu sabar membimbing teman-teman. 

"Belajar merubah PTK menjadi artikel ya, Bu.  Terus,  nanti dikirim ke surat kabar. Lumayan,  nilainya 1,5 lho pointnya."  Kata Pak Eko saat pembimbingan. 

"Oya,  jangan lupa,  coba mengikuti lomba yang diadakan oleh Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Jawa Tengah. Feeling saya mengatakan bahwa,  milik njenengan bisa masuk. Njenengan punya aura bintang." 

Aku biarkan kata-kata Pak Eko mengalir deras. Tutorku begitu antusias membimbing dan mengarahkanku. 

Mimiknya yang cool,  tapi analisanya seringkali tepat sasaran. Kacamata minusnya lebih menguatkan kalau dia seorang kutu buku sejati.  Wajahnya innocent,  dengan mata sipit seperti Chinese.  Dia memang sarjana,  tapi otaknya seorang profesor. 

Aku berusaha untuk mencari jawab. Hatiku gusar dan tertantang juga. Aku mulai merubah PTK menjadi sebuah artikel popular dan mengirimnya ke surat kabar. 

Dua kali aku melakukannya.  Aku menanti hari Sabtu tiba.  Mungkin tulisanku akan keluar.  Setelah sedikit  aku kemas dengan judul yang menarik,  akhirnya tanggal 4 Oktober 2015 artikel keduaku keluar.  

Hatiku bersorak gembira.  Segera ku SMS tutorku,  agar beliau ikut merasakan kebahagiaan yang tengah kurasakan. 

"Bu,  ini ada brosur lomba kreatifitas untuk guru SD,  SMP dan SLB di Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Tengah.  Silahkan mencoba untuk merubah sesuai dengan permintaan panitia." Bu Maria menyodorkan pengumuman itu.  

Mungkinkah aku yang masih hijau dalam hal menulis ini menjadi salah satu finalis? Mengingat hal ini adalah hal pertama kali yang kulakukan. 

SMS dari Pak Eko masuk... 

"Selamat ya Mbak Brow,  njenengan masuk finalis. Menduduki posisi 14. Ini adalah awal yang baik." 
Pembimbingku kasih suprise di pagi hari. 

"Jangan karena K13, terus malas  membuat PTK." Kata-kata Pak Eko beberapa bulan yang lalu kembali terngiang-ngiang. Aku merasa senang,  walau ilmuku masih sangat dangkal. Sehingga harus lebih semangat menambah ilmu dan wawasan. 

Tidak terasa,  akhirnya aku bisa merasakan mengikuti upacara pembukaan di ajang bergengsi peserta Lomba Kreatifitas Guru SD,  SMP dan SLB tingkat Jawa Tengah.  Dari wajah peserta memancarkan kelelahan yang luar biasa.  Namun,  semangat barkarya mengalahkannya.  

Mereka masing-masing utusan terbaik dari masing-masing kabupaten yang ada di wilayah Jawa Tengah. 

Cuaca sore di Semaramg  begitu panas,  ditambah suara dari peserta yang bergemuruh bak pasar pagi.  Begitu lagu Indonesia berkumandang di ruangan LPMP, suasana berubah menjadi begitu hidmat.  Mereka ingin menjadi yang terbaik bagi nusa dan. Bangsanya tercinta
Selamat berkarya...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar