Sabtu, 18 Januari 2020

Saat Uban Mulai Menyapa


Oleh Musyarofah A.R

" Bu, rambutnya kelihatan."
Selalu ada saja murid yang perhatian.

Segera kumasukkan kembali beberapa helai rambut yang mendesak  keluar. Mungkin ingin menghirup udara segar.



" Ibu sudah beruban?" tanya Rangga.
" lya. Saya kan sudah tua."
" Tidak kelihatan kok.
 Ibu masih tampak muda."
Bahagia menjalar ke seluruh raga mendengar ungkapannya.
" Berarti lbu itu bermuka dua, " katanya lagi.
" Maksudmu? '
" Kalau pake jilbab mbak- mbak. Lepas jilbab jadi mbah- mbah."
Aku tergelak mendengarnya. Ada - ada saja Rangga.

Waduh...jiwaku yang dibuatnya melambung, kembali terhuyung.

Senja, saat kumpul dengan keluarga.
" Umi kok lebih tua dari abi, sih? " Bungsuku bertanya.
Kutatap wajah, kerut mulai merekah. Namun aku yakin  tidak membuat cinta suamiku  berubah. Apalagi berbelok arah.

" Ummi masih bisa hamil lagi nggak? " Kali ini sulungku yang bertanya. Kakak tertua yang merindukan tambah saudara.
" Kakak banyak berdoa saja."

Hamil anak ke lima, saat usia semakin menua dan rambut mulai berubah warna ?
Jika Allah menghendaki tentu akan kuterima dengan sukacita.

Hamil lagi, sesuatu yang kurindukan sejak 5 tahun lalu. Saat tubuh masih cukup langsing dan gerakan bisa secepat gangsing.

"  Hindari 4 T. Terlalu muda, terlalu tua, terlalu sering, terlalu banyak." Bidan desa memberikan edukasi agar aku tidak kembali bereproduksi.

Tambah anak di usia jelita ( jelang lima puluh tahun), oke - oke saja.
Dengan catatan jangan gampang  baper saat ada  pertanyaan yang menggelitik telinga.
" Bu, cucunya usia berapa? "

Mungkin wajah sudah merah membara. Tapi dibuat happy saja. Niscaya damai tetap bersemayam di dada.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar