Oleh Musyarofah A.R
" Bu, rambutnya kelihatan."
Selalu ada saja murid yang perhatian.
Segera kumasukkan kembali beberapa helai rambut yang mendesak keluar. Mungkin ingin menghirup udara segar.
" Ibu sudah beruban?" tanya Rangga.
" lya. Saya kan sudah tua."
" Tidak kelihatan kok.
Ibu masih tampak muda."
Bahagia menjalar ke seluruh raga mendengar ungkapannya.
" Berarti lbu itu bermuka dua, " katanya lagi.
" Maksudmu? '
" Kalau pake jilbab mbak- mbak. Lepas jilbab jadi mbah- mbah."
Aku tergelak mendengarnya. Ada - ada saja Rangga.
Waduh...jiwaku yang dibuatnya melambung, kembali terhuyung.
Senja, saat kumpul dengan keluarga.
" Umi kok lebih tua dari abi, sih? " Bungsuku bertanya.
Kutatap wajah, kerut mulai merekah. Namun aku yakin tidak membuat cinta suamiku berubah. Apalagi berbelok arah.
" Ummi masih bisa hamil lagi nggak? " Kali ini sulungku yang bertanya. Kakak tertua yang merindukan tambah saudara.
" Kakak banyak berdoa saja."
Hamil anak ke lima, saat usia semakin menua dan rambut mulai berubah warna ?
Jika Allah menghendaki tentu akan kuterima dengan sukacita.
Hamil lagi, sesuatu yang kurindukan sejak 5 tahun lalu. Saat tubuh masih cukup langsing dan gerakan bisa secepat gangsing.
" Hindari 4 T. Terlalu muda, terlalu tua, terlalu sering, terlalu banyak." Bidan desa memberikan edukasi agar aku tidak kembali bereproduksi.
Tambah anak di usia jelita ( jelang lima puluh tahun), oke - oke saja.
Dengan catatan jangan gampang baper saat ada pertanyaan yang menggelitik telinga.
" Bu, cucunya usia berapa? "
Mungkin wajah sudah merah membara. Tapi dibuat happy saja. Niscaya damai tetap bersemayam di dada.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar