EKSHIBISIONIS
_oleh: Fitriana Dyah_
Suatu pagi saya mendapati notifikasi dari unggahan-unggahan baru maupun lama di akun sosial media terpopuler, bertubi-tubi menerima "Like" sesekali "Love" dari sebuah akun pria yang ada pada daftar pertemanan. _Boom Like_. Sementara saya meneliti daftar teman bersama, sekonyong-konyong sebuah foto tak pantas terkirim dari kotak pesan disertai kalimat yang membuat hati terteror seketika.
Hati saya meradang, rasa marah, benci dan jijik berkelindan.
Berharap teman lain waspada akan perlakuan yang sama, saya menuliskan kekesalan diseratai foto profil pria itu di beranda. Seorang teman, sarjana psikologi, menangkap kemarahan saya.
_Itu ekshibisionis, tulisnya di aplikasi percakapan, tetap tenang, jangan tunjukan kekesalan yang membuat dia tahu, blok akunnya. Dan untukmu, tarik nafas dalam-dalam lalu embuskan. Pagi ini lakukan apapun yang paling kamu senangi, berusaha lepaskan suasana_
Ekshibisionis adalah orang yang memiliki kecenderungan memamerkan genitalnya di depan umum atau kepada orang yang tidak dikenal, dengan tujuan mendapatkan kepuasan seksual.
Menurut Dr. Ma. Bernadette Arcena, seorang psikiatris di St. Luke's Medical Center Filipina, ekshibisionis mendapatkan kepuasan setelah menerima perhatian atau ekspresi kaget dari mereka yang melihatnya.
Banyak faktor yang menjadikan orang melakukan tindakan ekshibisionisme diantaranya produksi hormon testosteron (bagi pria) yang berlebihan, kekerasan emosional pada masa kanak-kanak, konflik seksual di masa lalu (mendapatkan kekerasan seksual), dan sebagainya.
Terapi psikologi dan psikiater harus dilakukan untuk mengurangi munculnya perilaku ini. Penggunaan obat seperti antidepresan dikombinasikan dengan terapi psikologis. Beberapa psikiater mungkin akan menyarankan menggunakan obat antiandrogen, yaitu obat yang dapat menurunkan produksi hormon testosteron pada pria.
Jika seseorang mengalami situasi berhadapan dengan ekshibisionis, secepatnya menjauh dari keadaan tersebut, jangan berikan respon apapun, termasuk respon wajah, tetap tenang seperti tidak terjadi apa-apa.
Saran Stephanie S. Smith, Ph.D. Jika menemui keadaan seperti itu, segera laporkan kepada polisi dan deskripsikan tentang pelaku (tanda-tanda yang meyertainya). Hal ini akan mempermudah polisi mencari pelaku, karena eksibisionis tidak hanya melakukan perbuatannya sekali saja, dia akan melakukan di lain waktu.
Pamela Kulbarsh, ketua Psychiatric Emergency Respon Team dari San Diego, menambahkan memotret pelaku eksibisionisme, disarankan dari jarak yang aman. Jika pelaku menangkap Anda sedangkan Anda tidak cukup kuat untuk melawan, cobalah pura-pura pingsan atau pipis di celana. Hal tersebut akan segera menghilangkan fantasinya.
°°°
Daftar pustaka:
hellosehat.com(hidup sehat)
beritagar.id(artikelgaya-hidup)
www.kompasiana.com(rindamfadluni)
_oleh: Fitriana Dyah_
Suatu pagi saya mendapati notifikasi dari unggahan-unggahan baru maupun lama di akun sosial media terpopuler, bertubi-tubi menerima "Like" sesekali "Love" dari sebuah akun pria yang ada pada daftar pertemanan. _Boom Like_. Sementara saya meneliti daftar teman bersama, sekonyong-konyong sebuah foto tak pantas terkirim dari kotak pesan disertai kalimat yang membuat hati terteror seketika.
Hati saya meradang, rasa marah, benci dan jijik berkelindan.
Berharap teman lain waspada akan perlakuan yang sama, saya menuliskan kekesalan diseratai foto profil pria itu di beranda. Seorang teman, sarjana psikologi, menangkap kemarahan saya.
_Itu ekshibisionis, tulisnya di aplikasi percakapan, tetap tenang, jangan tunjukan kekesalan yang membuat dia tahu, blok akunnya. Dan untukmu, tarik nafas dalam-dalam lalu embuskan. Pagi ini lakukan apapun yang paling kamu senangi, berusaha lepaskan suasana_
Ekshibisionis adalah orang yang memiliki kecenderungan memamerkan genitalnya di depan umum atau kepada orang yang tidak dikenal, dengan tujuan mendapatkan kepuasan seksual.
Menurut Dr. Ma. Bernadette Arcena, seorang psikiatris di St. Luke's Medical Center Filipina, ekshibisionis mendapatkan kepuasan setelah menerima perhatian atau ekspresi kaget dari mereka yang melihatnya.
Banyak faktor yang menjadikan orang melakukan tindakan ekshibisionisme diantaranya produksi hormon testosteron (bagi pria) yang berlebihan, kekerasan emosional pada masa kanak-kanak, konflik seksual di masa lalu (mendapatkan kekerasan seksual), dan sebagainya.
Terapi psikologi dan psikiater harus dilakukan untuk mengurangi munculnya perilaku ini. Penggunaan obat seperti antidepresan dikombinasikan dengan terapi psikologis. Beberapa psikiater mungkin akan menyarankan menggunakan obat antiandrogen, yaitu obat yang dapat menurunkan produksi hormon testosteron pada pria.
Jika seseorang mengalami situasi berhadapan dengan ekshibisionis, secepatnya menjauh dari keadaan tersebut, jangan berikan respon apapun, termasuk respon wajah, tetap tenang seperti tidak terjadi apa-apa.
Saran Stephanie S. Smith, Ph.D. Jika menemui keadaan seperti itu, segera laporkan kepada polisi dan deskripsikan tentang pelaku (tanda-tanda yang meyertainya). Hal ini akan mempermudah polisi mencari pelaku, karena eksibisionis tidak hanya melakukan perbuatannya sekali saja, dia akan melakukan di lain waktu.
Pamela Kulbarsh, ketua Psychiatric Emergency Respon Team dari San Diego, menambahkan memotret pelaku eksibisionisme, disarankan dari jarak yang aman. Jika pelaku menangkap Anda sedangkan Anda tidak cukup kuat untuk melawan, cobalah pura-pura pingsan atau pipis di celana. Hal tersebut akan segera menghilangkan fantasinya.
°°°
Daftar pustaka:
hellosehat.com(hidup sehat)
beritagar.id(artikelgaya-hidup)
www.kompasiana.com(rindamfadluni)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar