Oleh: Budiyanti
Rani diam membisu di sudut kamar. Pelupuk matanya basah. Air bening menetes perlahan di pipinya yang tirus. Sejak kepergian Dino, Rani lebih banyak mengurung diri di rumah.
Segala aktivitas juga tak dikerjakan. Misalnya, membuat PR, les sekolah atau membantu ibunya menyapu. Gadis yang duduk di kelas 9 itu kini cuma melamun saja. Segala nasihat temannya tak digubrisnya.
"Sudahlah Rani, biarkan dia pergi. Mungkin ia tak nyaman denganmu. Tak usah kau sesali. Kalau masih menyayangimu pasti ia akan kembali. Umpama tidak kembali ya iklaskan saja," rayu Sita teman sekolah Rani agar tak sedih lagi.
"Makasih nasihatmu Sit, tapi dia sudah di hatiku. Amat sulit untuk melepaskannya," ucap Rani sambil mengusap air matanya.
Beberapa hari kemudian Rani ceria karena sepulang sekolah si Dino berada di depan rumah. Dino melonjak girang begitu melihat Rani mendekatinya. Dielus-eluslah badan Dino yang dekil dan kurus. Lalu didekap erat. Digendonglah Dino untuk dibawa masuk lalu diberi makan.
"Jangan pergi lagi ya, akan kusayang kau setiap saat, " ucap Rani dengan penuh kasih. Dino kembali sehat. Kucing yang warna bulunya putih dan matanya indah itu kini ceria. Rani pun bisa tertawa lagi.
Ambarawa, 28 November 2019
Tidak ada komentar:
Posting Komentar