Rabu, 20 November 2019

BAHAGIA BERUJUNG DUKA

Oleh:  Musyarofah A.R

Azan dzuhur berkumandang...
Alhamdulillah...saatnya beristirahat, setelah selama 3,5 jam  bersama dua puluh orang guru mapel IPA Terpadu SMP menyimak presentasi best practice. 

Minggu, 17 November kemarin adalah pertemuan terakhir kegiatan PKP ( Peningkatan Kompetensi Guru) berbasis zonasi. Sebagai puncak kegiatan setiap peserta diberi tugas untuk menuliskan pengalaman terbaik dalam mengajar setelah  selama satu bulan belajar dan mendapat penguatan. 
Hemm..lega banget rasanya bisa melaksanakan tugas itu dengan baik, meskipun tentu saja masih banyak kekurangan. 


Lima hari sebelumnya, aku sempat agak shock saat pada jadwal presentasi  tertera namaku di urutan pertama. Why? Alasan klasik sich...naskah belum jadi. Bahkan memulai saja belum. Masih berburu ide. Tentu saja aku langsung konfirmasi, kepo kenapa aku bisa mendapat nomor urut satu . "Mengacu pada undangan, Bu " jawab nara sumber kegiatan. 
Ya sudahlah, kuterima saja keputusan beliau. Meskipun realitanya, pada daftar hadir namaku ada di urutan 16.

Alhamdulillah saat action cukup lancar, tidak ada kendala yang berarti meskipun dibumbui sedikit grogi. Secara saya presentasi di hadapan para senior dan sesepuh yang sudah puluhan tahun malang melintang di dunia pendidikan. Namun ada keuntungan yang kudapatkan, maju presentasi di urutan pertama. Diantaranya ,  kondisi badan masih fresh , peserta masih fokus, ide dan gagasan masih orisinil ( tidak mengadopsi dari peserta lain) dll. Satu persatu peserta PKP tampil dengan gayanya masing- masing. Yang pasti apapun judul yang dipilih adalah hasil dari pengalaman terbaik mengimplementasikan materi yang didapat di sekolah masing- masing. Kami bisa saling  belajar dan mengambil inspirasi, agar menjadi guru yang selalu lekat di hati.

Pukul 15.45 WIB kegiatan PKP berakhir setelah ditutup oleh kepala SMP Negeri 4 Ungaran, Bapak Tri Widodo, SPd, MSi menggantikan kepala Disdikpora yang berhalangan hadir. Foto bersama, cipika- cipiki dan saling menyemangati adalah ritual terakhir yang kami lakukan sebelum berpisah. Tidak ketinggalan tentunya...tanda tangan bukti penerimaan transport ( agenda puncak yang ditunggu semua peserta...he...he)

Sambil menunggu jemputan, kuhampiri ponsel yang beberapa jam tadi kuabaikan. Astaghfirullah...berita mengejutkan yang sejak pukul 15.00 WIB tadi terkirim di group keluarga besar Cahaya Ummat ( lembaga tempat aku mengabdikan diri sebagai pendidik) baru kubaca. Salah seorang teman kami ibu Sriyanti Ningsih , pengajar PAUD masuk ICU RSUD Ungaran.
Berulangkali terpanjat doa untuk beliau, semoga kondisinya segera membaik. 

Minggu pagi ini, PAUDIT Cahaya Ummat juga  menyelenggarakan kegiatan seminar parenting untuk wali murid. Bu Yanti mendapat tugas sebagai pembawa acara. Beliaupun datang lebih awal, tanpa sempat sarapan. Beliau sempat  bercerita kalau kurang tidur karena putra ketiganya yang berusia 5 tahun panas. Kebetulan sejak hari Jum'at suaminya juga ada agenda luar kota. Namun karena komitmennya untuk melaksanakan tugas, diabaikan kondisi tubuhnya yang kurang fit. Bahkan tidak disadarinya juga jika tensi darahnya yang dua bulan ini sudah normal  mulai meninggi kembali.

Acara demi acara berlangsung dengan lancar, tibalah acara inti yaitu seminar parenting yang mendatangkan nara sumber dari Semarang. Beberapa menit kemudian MC tampak terkantuk- kantuk dan tidak nyambung saat diajak komunikasi. Beliau mengeluh punggungnya sakit  dan  dan tubuhnya berkeringat, padahal saat itu AC di ruangan cukup dingin. Posisi MC kemudian digantikan oleh guru lain, agar beliau bisa istirahat. Sempat beberapa kali mutah, namun  tidak mau dibawa ke rumah sakit. Kepala sekolah berinisiatif telpon ke suaminya yang masih dalam perjalanan pulang dan diperkirakan baru tiga jam lagi sampai Ungaran. Disampaikan pula rekom dari salah seorang wali murid yang merupakan tenaga medis untuk segera membawa Bu Yanti ke rumah sakit. Akhirnya beliau bersedia dibawa ke RSUD terdekat yang hanya berjarak 250 m dari lokasi kegiatan ( P2NFI ). Namun sebelum sampai ke tempat tujuan, Bu Yanti tidak sadarkan diri.

Resah dan gelisah mewarnai hati teman- teman yang membersamai Bu Yanti karena sampai beberapa jam kemudian beliau belum  sadar dari pingsannya. 
" Dok, mengapa tidak dirawat di ICU ? "  Bu Ani mencoba berkomunikasi dengan dokter jaga.
" Mohon maaf, itu tidak akan banyak membantu. Kondisi pasien sudah kritis. Mohon diikhlaskan saja." 
Infirmasi dari dokter tidak membuat mereka patah semangat. 15 menit kemudian Bu Yanti dipindah ke ruang ICU. Berdoa dan terus berdoa adalah hal yang bisa dilakukan teman- teman. Ayat- ayat Alqur'an terus dilantunkan, sambil terus berharap terjadi keajaiban.  Tepat pukul 19.40 WIB tangis teman- teman pecah. Salah seorang guru senior  PAUDIT Cahaya Ummat itu pergi untuk selama- lamanya. Inlillahi wa inna ilaihi roji'uun...

Terbayang empat buah hati yang ditinggalkan. Farros yang tahun ini masuk SMP, Umar  yang masih duduk di kekas V SD, Fatih di TK A dan Dija yang belum genap berumur dua tahun. Semoga Allah SWT melimpahkan kekuatan dan kesabaran pada keluarga yang ditinggalkan.

Selamat jalan saudaraku...Allah memanggilmu saat engkau tengah  menjalankan amanah. Semoga ini sebagai pertanda akhir hidupmu adalah husnul khotimah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar